Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 18 Oktober 2022 | 08:05 WIB
Ilustrasi prostitusi. Prostitusi terselubung di perdesaan Lampung Timur. [Istimewa]

"Saya sudah kasih sama pak polisi setiap bulan. Kita juga sadar dan itu perlu demi kenyamanan pelanggan saya. Kalau sudah ada bahasa uang kertas saya sudah nyambung jatah untuk keamanan," tegasnya meyakinkan tamu.

Kisah Sang Muncikari

Dia mengakui sudah hampir dua tahun membuka tempat prostitusi di Desa Srigading. Er sadar pekerjaan yang ia lakoni ini penuh risiko. Namun faktor ekonomi mendorong janda tiga anak ini membuka usaha prostitusi.

Sebelumnya Er tinggal di wilayah Bekasi dengan orang tuanya. Kondisi ekonomi orang tuanya waktu itu memprihatinkan sampai terlilit utang. 

Baca Juga: Razia Prostitusi, Dinsos Makassar Amankan 33 Orang: Rata-Rata Remaja dan Mahasiswa

Untuk memperbaiki nasib, Er memutuskan merantau ke wilayah Tanjung Priok saat usianya masih 19 tahun. Di ibukota, Er menjadi pemandu lagu yang membuat dirinya terjerumus ke dunia prostitusi.

Setiap bulan, Er menyempatkan pulang ke rumah menjenguk orang tua di Bekasi. Ia juga memberi uang sedikitnya Rp3 juta ke orang tua. Heran, sang ibu sempat menanyakan asal uang itu. Tapi Er tidak mengakui pekerjaan yang sebenarnya.

Di usia 22 tahun, Er menikah dengan pria asal Tanjung Priok. Beberapa tahun pernikahan hingga sudah dikaruniai anak laki laki, suami Er meninggal.

Er pulang ke wilayah Bekasi. Di sana ia kembali melakoni pekerjaannya sebagai pemandu lagu. Er lalu menikah untuk kedua kalinya. Setelah dikaruniai dua anak dari pernikahan kedua, suami Er meninggal.

Lalu Er merantau ke Lampung Timur ingin membuka usaha pasir. Sayangnya di bisnis baru ini Er merugi Rp800 juta. Akhirnya ia kembali ke profesi lamanya. Er membuka usaha prostitusi terselubung di desa. 

Baca Juga: Mahasiswa Terjaring Razia Prostitusi Dinas Sosial Kota Makassar di Penginapan

Tarif Kencan Satu Malam

Load More