Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 18 Oktober 2022 | 08:05 WIB
Ilustrasi prostitusi. Prostitusi terselubung di perdesaan Lampung Timur. [Istimewa]

Malam semakin larut. Jam di layar android menunjukan pukul 20.30. Suara perempuan dari balik pintu memanggil, "Bu buka pintunya, aku In."

"Itu sudah datang cewek yang baru saya telpon tadi," kata Er sambil beranjak dari duduknya membuka pintu.

Di belakang Er, muncul sesosok perempuan dengan rambut lurus terurai sebahu. Postur tubuhnya sintal dan terawat. Gincu bibirnya tampak merah merona. 

Memadupadankan kaos hitam dibalut jaket jeans dan celana panjang warna merah, wanita ini memperkenalkan diri.

Baca Juga: Razia Prostitusi, Dinsos Makassar Amankan 33 Orang: Rata-Rata Remaja dan Mahasiswa

"Kenalkan saya In, sudah lama kak?" kata da ramah sambil menyalami tamu tiga tamu pria yang ada di di situ.

Obrolan malam itu cukup cair.  Sambil mengisap rokok dan sedikit menenggak bir dicampur vigour, In menceritakan kondisi hidupnya.

"Semua faktor ekonomi, dan butuh biaya hidup untuk diri sendiri dan anak, dan sejatinya jiwa saya berat," kata perempuan berkulit putih.

In seorang janda. Rumah tanganya hancur berantakan karena faktor ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan hidup diri dan anaknya, In bekerja di warung kopi di Kecamatan Bandar Sribhawono dengan upah Rp50 ribu per hari.

Ternyata warung kopi yang buka sejak pukul 17.00 hingga 22.00, menjadi lokasi janjian pemandu lagu dengan laki laki. Seiring berjalan waktu, In mengenal para pemandu lagu itu. 

Baca Juga: Mahasiswa Terjaring Razia Prostitusi Dinas Sosial Kota Makassar di Penginapan

Dari situ ia tergiur untuk ikut menjadi pemandu lagu. Dalam semalam, pemandu lagu bisa mendapatkan uang Rp500 ribu dari tugasnya menemani laki laki karaoke dan minum.

Load More