Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 18 Agustus 2022 | 15:57 WIB
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Bina Mina yang ada di Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur tutup. Kondisi ini membuat nelayan menjerti. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) Bina Mina yang ada di Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, tutup sejak satu bulan terakhir.

Tutupnya SPBN Bina Mina ini membuat nelayan di Desa Muara Gadingmas, Labuhan Maringgai, kelimpungan karena kesulitan mendapatkan BBM jenis solar guna keperluan berlayar.

Kondisi ini membuat banyak nelayan terpaksa membeli solar dengan harga tinggi itupun susah didapat.

Atok (28) dan Arifin (31) tampak istirahat di atas kapal masing masing yang bersandar di tepi laut Muara Gadingmas, Kamis (18/8/2022). 

Baca Juga: Tangki Mobil Dimodif, Pelaku Penyalahgunaan BBM Subsidi Ditangkap di Rokan Hilir

Kedua nelayan itu sudah berminggu-minggu menunggu solar sambil berharap pangkalan solar di seputar pesisir Muara Gadingmas buka.

"Sudah dua bulan saya belum turun ke laut gak dapat solar. Pangkalan yang biasa menjadi langganan saya juga lagi kosong, setiap hari duduk di kapal sambil nunggu informasi kalau-kalau ada solar," ucap Arifin diamini Atok, Kamis (18/8/2022).

Biasanya Arifin membeli solar di SPBN Muara Gadingmas yang memang di khususkan untuk nelayan.

Namun sudah hampir satu bulan SPBN tutup karena tidak ada solar, sehingga membuat ribuan nelayan di Pesisir Labuhan Maringgai cemas karena langkanya solar.

"Kalau ada satu liter Rp10 ribu saja saya beli, daripada tidak kerja. Saya cuma nelayan mas, tidak paham apa penyebab solar langka. Faktanya saya dan rekan-rekan susah dapat solar,". terang Arifin.

Baca Juga: Relawan Ganjar Bentuk Jaringan Nelayan Pesisir Sulsel

Arifin mengaku sekali berangkat melaut minimal mengangkut seribu liter solar untuk 15 hari melaut. Kini dirinya sudah dua bulan belum berangkat mencari ikan karena tidak ada solar. 

"Tidak tau sampai kapan kondisi seperti ini. Memang ada sih kawan yang melaut tapi saya juga tidak tau bagaimana mereka bisa mendapat solar," kata Arifin.

Sementara itu pengelola SPBN Muara Gadingmas Ahmad Alfian membenarkan bahwa SPBN yang dikelolanya sudah hampir satu bulan tutup.

Ini karena kuota solar sebanyak 1.740.000 liter tidak mencukupi kebutuhan nelayan selama satu tahun meskipun sebagian nelayan mengambil solar di SPBU terdekat.

"Total kuota solar SPBN Muara Gadingmas setahun 1.740.000 liter. Di akhir Juli 2022 sudah habis. Tentu yang menjadi kegelisahan saya empat bulan ke depan bagaiman solusi agar bisa dapat subsidi silang untuk memenuhi kebutuhan nelayan sampai Desember nanti," kata Ahmad Alfian.

Dilihat dari jumlah nelayan di Labuhan Maringgai sebanyak 1.579 kapal, Alfian mengatakan, jika diambil 50 persen dari jumlah tersebut, kebutuhan solar di Labuhan Maringgai dalam satu tahun 11 juta liter.

Sementara SPBN hanya mendapat kuota 1,74 juta liter. Maka kata Alfian sebagian nelayan mencari solar di empat SPBU terdekat dengan menggunakan jasa ojek.

Alfian sudah mencoba menemui pejabat Kabupaten Lampung Timur pada Mei 2022 untuk membicarakan tentang kelangkaan solar bagi nelayan. 

Ia berharap Pemkab Lampung Timur bisa membantu memberikan rekomendasi kepada pihak Pertamina agar SPBN mendapat tambahan kuota.

Namun sampai saat ini sama sekali belum ada tanggapan apapun dari pihak pemda setempat.

"SPBN setahun mendapat kuota 1,74 juta liter, tarok bisa ditambah minimal 100 persen dari jumlah tersebut, sudah cukup membantu nelayan," ucap Alfian.

Kontributor : Agus Susanto

Load More