Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Rabu, 29 Juni 2022 | 15:12 WIB
Petani cabai di Lampung Timur melakukan penjagaan kebun di tengah naiknya harga cabai merah di pasaran. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Harga cabai merah yang mencapai ratusan ribu rupiah per kilogram, menjadi momen menguntungkan bagi Herman petani cabai di Desa Bandaragung, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur.

Saat ini Herman sebagai petani cabai menjual tanaman cabai merahnya ke tengkulak sebesar Rp65 ribu per kg. 

Sementara Herman memiliki satu hektare satu hektare tanaman cabai namun yang produktif (siap panen) setengah hektare sedangkan setengah hektarenya masih proses perawatan.

Herman mengaku satu hektare selalu dibuat dua trip, untuk mengantisipasi modal, karena modal tanaman cabai bisa mencapai 50 jutaan untuk satu hektare.

Baca Juga: Harga Cabai Rawit di Jatim Melambung Tinggi, Petani, Pedagang Pasar, Penjual Bakso Mengeluh Semua

Dengan harga jual itu, untuk setengah hektare dengan hasil produksi 2 ton, Herman bisa mendapatkan uang Rp130 juta.

Dipotong modal dan biaya perawatan untuk setengah hektar sebesar Rp25 jutaan, maka Herman mendapatkan keuntungan Rp105 juta.

"Setiap kali petik untuk setengah hektar Herman bisa mendapat enam karung atau 240 kilo, ini termasuk hasil sedang, tapi karena ditopang dengan harga tinggi jadi masih mendapat untung banyak," kata dia.

Sebagai petani cabai merah kawakan, pria lajang ini lebih suka mendapat hasil panen sedang tapi harga tinggi, bila dibanding hasil panen maksimal tapi harga rendah.

Pria tamatan SMP itu juga mengaku pernah mengalami kerugian menjadi petani cabai ketika harga tidak lebih dari 15 ribu per kg.

Baca Juga: Pengasuh Ponpes di Lampung Timur Perkosa Santriwati 15 Kali, Orang Tua Langsung Jemput Para Santri

"Pernah rugi, ketika harga tidak mencapai Rp15 ribu. Sering merugi karena biasanya menurut pengalaman saya, ketika harga cabai murah justru susah menjualnya," ucap Herman.

Sementara itu, salah seorang petani cabai bernama Topik warga Desa Sadar Sriwijaya, mengaku selama harga cabai mahal, rata rata petani cabai melakukan penjagaan dengan membuat gubuk jaga, dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencuri.

"Jangankan satu hektare, setengah hektar kalau cabainya bagus pasti ditunggu, mengingat harga cabai merah tinggi, tapi kalau harga wajar di bawah Rp30 ribu dan banyak yang menanam tidak pernah ditunggu," kata dia.

"Kalau tidak dijaga was-was mas, kalau harga tinggi, nyuri satu karung ukuran 50 kilo sudah jelas uangnya, kalau yang nyuri tiga orang sudah 150 kilo," kata Topik.

Kontributor : Agus Susanto

Load More