Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 01 Februari 2022 | 21:30 WIB
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya. PLN konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke tenaga surya. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan konversi 250 megawatt pembangkit tenaga diesel menjadi tenaga surya di tahun 2022.

Konversi pembangkit tenaga diesel ke tenaga surya sebagai upaya mendongkrak porsi  energi baru terbarukan (EBT) dan menekan angka impor bahan bakar minyak.

"Program konversi PLTD ke EBT akan dibagi menjadi dua tahap," ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, melalui keterangan tertulis, Selasa (1/2/2022).

Ia mengatakan, pada tahap pertama konversi energi akan dilakukan hingga 250 megawatt yang nantinya tersebar di beberapa PLTD di Indonesia.

Baca Juga: Izin Ekspor Batu Bara Secara Resmi Dibuka Hari Ini, Sejumlah Perusahaan Masih Diwajibkan Bayar Denda

"PLTD ini nantinya akan diganti menjadi PLTS baseload atau dapat diartikan akan ada tambahan baterai agar pembangkit bisa menyala selama 24 jam," katanya.

Ia melanjutkan, dengan konversi ke PLTS dan baterai, maka kapasitas terpasang di tahap pertama bisa mencapai 350 megawatt. Sehingga bisa mendongkrak bauran energi terbarukan dan penambahan kapasitas terpasangnya pembangkit secara nasional.

"Saat ini kami sedang melakukan lelang dalam satu dua bulan ini, dan sudah ada 160 peserta yang memenuhi persyaratan, dalam lelang tersebut PLN akan membebaskan spesifikasi baterai yang akan dipakai oleh peserta untuk meningkatkan informasi sehingga tercipta baterai yang efisien dan andal dalam operasional," ucapnya.

Menurutnya, pada tahap kedua konversi PLTD sebesar 338 megawatt akan dilakukan dengan pembangkit EBT yang ada di daerah sesuai dengan sumber daya alam yang menjadi keunggulan daerah.

"Di rencanakan akan ada konversi ke pembangkit berbahan bakar gas, dengan bekerjasama PT Perusahaan Gas Negara (PGN) dalam upaya mengganti PLTD menjadi pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU), dan program gasifikasi ini menyasar daerah terpencil," ucapnya.

Baca Juga: Forum G20 Jadi Forum Pemanfaatan Energi Hijau, Gunakan Kendaraan Terelektrifikasi

Dia mengatakan, selain itu untuk menyediakan listrik yang andal bagi masyarakat juga akan dilakukan interkoneksi pada sistem transmisi terdekat.

"Proyek ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2026, dan harapannya 2.13p titik PLTD yang ada saat ini bisa dikonversi menjadi pembangkit energi bersi ataupun terkoneksi ke grid. Sebab dengan perkembangan teknologi EBT akan semakin kompetitif," katanya lagi.

Ia mengatakan, perkembangan EBT itu dapat terlihat dari turunnya harga PLTS dan baterai pada 2015 sebesar 25 sen dolar Amerika per kilowatthour (kWh). Dan saat ini harganya sekitar 5,8 sen per kWh.

"Sedangkan untuk baterai saat ini harganya mencapai 13 sen dolar Amerika per kWh yang dulunya sempat di angka 50 sen dolar Amerika per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80 persen. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam menekan harga dari pembangkit EBT menjadi jawaban atas mahalnya biaya energi bersih," ujarnya pula.

Menurut dia, dalam mendongkrak porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) dan juga dalam upaya menekan angka impor bahan bakar minyak (BBM) melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit EBT di Indonesia, energi bersih dan murah dapat dicapai. (ANTARA)

Load More