Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 01 Februari 2022 | 21:30 WIB
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya. PLN konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke tenaga surya. [ANTARA]

"Proyek ini ditargetkan akan selesai pada tahun 2026, dan harapannya 2.13p titik PLTD yang ada saat ini bisa dikonversi menjadi pembangkit energi bersi ataupun terkoneksi ke grid. Sebab dengan perkembangan teknologi EBT akan semakin kompetitif," katanya lagi.

Ia mengatakan, perkembangan EBT itu dapat terlihat dari turunnya harga PLTS dan baterai pada 2015 sebesar 25 sen dolar Amerika per kilowatthour (kWh). Dan saat ini harganya sekitar 5,8 sen per kWh.

"Sedangkan untuk baterai saat ini harganya mencapai 13 sen dolar Amerika per kWh yang dulunya sempat di angka 50 sen dolar Amerika per kWh. Artinya, ada penurunan biaya hampir 80 persen. Perkembangan teknologi dan inovasi dalam menekan harga dari pembangkit EBT menjadi jawaban atas mahalnya biaya energi bersih," ujarnya pula.

Menurut dia, dalam mendongkrak porsi bauran energi baru terbarukan (EBT) dan juga dalam upaya menekan angka impor bahan bakar minyak (BBM) melalui konversi pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) ke pembangkit EBT di Indonesia, energi bersih dan murah dapat dicapai. (ANTARA)

Baca Juga: Izin Ekspor Batu Bara Secara Resmi Dibuka Hari Ini, Sejumlah Perusahaan Masih Diwajibkan Bayar Denda

Load More