Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 31 Januari 2022 | 10:45 WIB
Ilustrasi omicron. Omicron disebut tetap bisa picu kematian. [pixabay.com]

SuaraLampung.id - Penyebaran COVID-19 varian Omicron sedang meningkat di sejumlah negara termasuk Indonesia. 

Pasien yang terpapar Omicron memang mengalami gejala ringan. 

Namun bukan berarti Omicron tidak mematikan. 

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mendorong masyarakat bergejala segera dites COVID-19 sebab varian Omicron umumnya memiliki gejala ringan tapi tetap berisiko berat bahkan memicu kematian.

Baca Juga: Jelang Imlek, Tercatat Hingga 6 Ribu Penumpang Keluar Masuk Bandara Supadio Pontianak, Gak Takut Omicron?

"Walaupun gejala yang ditunjukkan umumnya ringan, tapi risiko untuk sakit berat bahkan kematian tetap ada," kata Nadia Tarmizi yang dikonfirmasi melalui telepon di Jakarta, Minggu (30/1/2022).

Pernyataan itu menjawab kecenderungan perilaku masyarakat yang bergejala tapi enggan melakukan tes di fasilitas pelayanan kesehatan. Situasi itu dipicu sikap masyarakat yang masih menganggap enteng gejala Omicron.

Kementerian Kesehatan melaporkan laju tes COVID-19 melalui metode tes antigen maupun tes cepat PCR dalam kurun sepekan terakhir berkisar kurang dari 2,54 persen per pekan. Padahal pada kurun Juli 2021 Indonesia mencatatkan rekor tes tertinggi di sejumlah provinsi rata-rata 50-90 persen.

Nadia mengatakan target tes COVID-19 per hari di level populasi di Indonesia mencapai 324 ribu orang.

Untuk itu Nadia mengimbau masyarakat untuk mengetahui lebih di potensi penularan Omicron melalui sejumlah gejala yang timbul.

Baca Juga: Warga Positif Corona Bisa Tetap Isoman Di Rumah, Legislator PKS: Asal Pemerintah Jamin Tak Biarkan Pasien Tanpa Obat

Laporan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) pada 17 pasien Omicron di RSUP Persahabatan Jakarta Timur menunjukan batuk kering 63 persen, nyeri tenggorokan 54 persen, pilek 27 persen, sakit kepala 36 persen dan demam 18 persen.

Menurut Nadia, gejala tersebut dapat berujung sakit berat bahkan kematian bila penanganan telat dilakukan. Hingga 27 Januari 2022, terdapat tiga pasien Omicron yang dinyatakan meninggal dunia.

Ketiga pasien tersebut berasal dari kelompok lansia dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, gagal ginjal serta obesitas. Satu di antaranya belum menerima vaksinasi COVID-19, sementara dua sisanya telah menerima vaksin dosis lengkap dan booster atau dosis penguat.

"Kita tetap mengimbau masyarakat untuk mengetahui lebih dini Omicron sehingga bisa mengisolasi diri dan menghindari gejala jadi berat," katanya.

Menurut Nadia, penanganan dini Omicron dapat mencegah penularan kepada orang lain dalam skala yang lebih luas. "Karena kecenderungan kasus yang tidak bergejala atau yang gejalanya ringan. Ini bukan menjadi satu dorongan masyarakat untuk mau melakukan pemeriksaan," katanya.

Nadia mengatakan sejumlah daerah yang perlu meningkatkan testing di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. "Seperti Yogyakarta, kasusnya masih rendah, Bali masih rendah. Tapi kapasitas untuk 'tracing'-nya belum maksimal," katanya.

Load More