SuaraLampung.id - Mengemban tugas menangani orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) tidaklah mudah bagi Sri Martini, seorang pegawai di Puskesmas Bandar Sribhawono, Lampung Timur.
Sejak didapuk di bagian Program Kesehatan Jiwa di Puskesmas Bandar Sribhawono, Lampung Timur, pada tahun 2018, Sri Martini menghabiskan sebagian besar waktunya berinteraksi dengan ODGJ.
Tercatat ada 117 pasien ODGJ yang berobat jalan di Puskesmas Bandar Sribhawono, Lampung Timur, ketika perempuan 46 tahun ini pertama kali masuk di Program Kesehatan Jiwa.
Bagi Sri Martini yang berlatar belakang bidan ini, pasien ODGJ mesti bisa menghilangkan ketergantungannya terhadap obat. Maka ia memutuskan menerapkan terapi psikologis bagi pasien ODGJ di Puskesmas Bandar Sribhawono.
Sadar tidak bisa sendiri, Sri Martini membentuk organisasi bernama Sahabat Jiwa di akhir tahun 2018. Sahabat Jiwa menjadi wadah bagi relawan untuk menangani ODGJ.
Anggota Sahabat Jiwa adalah pegawai Puskesmas Kecamatan Bandar Sribhawono, yang dibantu anggota Program Keluarga Harapan (PKH) secara sukarela.
Setiap Sabtu, Sahabat Jiwa menggelar kegiatan di Puskesmas Bandar Sribhawono. Mereka mengajarkan ODGJ bersosialisasi, saling berdiskusi ringan, dan memberikan keterampilan menyesuaikan bakat.
"Diskusi ringan kami lakukan dengan tujuan agar pola pikirnya berjalan tidak terlalu halusinasi, agar aktif berbicara, meskipun butuh waktu lama tapi perkembangan cukup bagus," kata Sri.
Ide awal terbentuknya Sahabat Jiwa adalah dari seorang ODGJ bernama Mugiono. Mugiono sering mengalami halusinasi. Ia takut dengan kematian, kiamat, neraka.
Baca Juga: Sungai Way Sekampung Meluap, 425 Ha Tanaman Padi Terendam Banjir
Dianggap mengalami gangguan jiwa, Mugiono dibawa ke Puskesmas Bandar Sribhawono untu berobat. Setiap bulannya, Mugiono datang ke puskesmas mengambil obat.
Di situlah Sri bertemu Mugiono. Sri sering mengajak Mugiono berbincang. Hasil ngobrol dengan Mugiono dan beberapa pasien ODGJ, Sri berkesimpulan bahwa pasien ODGJ tidak hanya butuh obat tapi juga terapi psikologis.
Ia memulai dari Mugiono. Didatanginya rumah Mugiono. "Saat saya masuk ke dapur, Mugiono sedang membantu ibunya motong sayuran seperti masih anak anak. Padahal saat itu usia Mugiono 19 tahun," kata Sri Martini.
Sri Martini bertanya ke Mugiono mengenai keinginannya saat itu. Mugiono mengaku ingin kerja mencari uang. Demi bisa mendekati Mugiono, Sri memberi Mugiono pekerjaan sebagai pembuat batako di rumahnya.
"Sebenarnya hal itu untuk memulai melakukan terapi psikolognya. Selama tiga hari saya kasih upah sehari Rp 90 ribu, meskipun dia kerja semaunya," ujar Sri Martini.
Sri rajin mengajak Mugiono ngobrol dan berinteraksi. Cara ini ternyata membuahkan hasil. Perlahan, kondisi kejiwaan Mugiono mulai pulih. Inilah yang membuat Sri berinisiatif membentuk Sahabat Jiwa.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Penyelundupan Ribuan Burung Gagal, Dua Pelaku Diamankan
-
Panduan Lengkap: Membuat Infografis Kece Anti Ribet dengan Gemini AI
-
Lampung Bangun Rumah Sakit Hewan Rujukan: Terkendala Dana Berharap DAK
-
Jadikan Foto Anda Lebih Kece: Panduan Mengedit di Gang Artistik dengan Gemini AI
-
BTN Buka Lowongan Kerja Posisi IT QA Department Head: Gaji Menarik