Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 04 November 2021 | 08:10 WIB
Hutan Mangrove di Desa Muliyosari, Kecamatan Pasirsakti, Lampung Timur. [ISTIMEWA]

Cekcok mulut terjadi. Kedua kubu sama-sama berkeras. Perang lumpur terjadi. Situasi yang makin panas itu berujung pada baku hantam. "Tidak menimbulkan korban jiwa hanya luka luka lebam saja, peristiwa itu terjadi 2009 silam,'" kata Syamsudin.

Dampak dari konflik, Kelompok Tunas Rimba bubar. Syamsudin tak patah arang. Sendiri ia menanam mangrove. Sadar tak bisa kerja sendiri, Syamsudin mulai mendekat warga yang sempat baku hantam dengan dirinya. 

Lewat pendekatan persuasif, Syamsudin mengajak musuh-musuhnya itu ngobrol dan menanamkan kesadaran pentingnya keberadaan mangrove bagi masyarakat pesisir. 

Upayanya berhasil. Berkat kesabaran dan semangat tak pernah padam, orang-orang yang awalnya menentang penanaman mangrove berubah sikap. Mereka setuju ada penanaman mangrove di pesisir pantai. 

Baca Juga: Cegah Abrasi di Kepulauan Seribu, Masyarakat Diimbau Perbanyak Tanam Bibit Mangrove

"Saat ini sekelompok orang yang dulu menyerang dan menolak untuk mengembangkan mangrove justru masuk dalam kelompok KTH Mutiara hijau 1," ujar Syamsudin yang merupakan Ketua Kelompok KTH Mutiara Hijau 1 ini.

Sekarang tambak yang tadinya terkena abrasi dan tidak terurus kembali dimanfaatkan warga bersamaan dengan penghijauan mangrove.

Merintis Penanaman Mangrove Sejak 2005

Syamsudin mulai merintis menanam mangrove di bibir pantai Desa Mulyosari, Kecamatan Pasirsakti, Lampung Timur, pada tahun 2005. Sebelum tahun 2005, Syamsudin merantau ke Palembang, Sumatera Selatan. Di sana ia bekerja sebagai nelayan. 

Namun daerah tempat ia mencari nafkah dilanda abrasi besar-besaran. Hal ini membuat Syamsudin pulang kembali ke Lampung Timur pada tahun 2005. 

Baca Juga: Jelang KTT G-20 di Bali, Dubes Inggris Dan Timor Leste Datangi Hutan Mangrove Ngurah Rai

Tiba di Desa Muliyosari, Syamsudin merasa prihatin melihat kondisi pantai yang gersang dan hanya ditumbuhi tanaman liat yang tidak terurus.

Load More