Scroll untuk membaca artikel
Tasmalinda
Senin, 01 November 2021 | 13:43 WIB
Ilustrasi kawanan gajah liar yang kabur [Handout/Yunnan Provincial Command of the Safety Precautions of the Migrating Asian Elephants/AFP]

Bambang mengira, ERU abai atau memang alat pendeteksi keberadaan gajah liar rusak sehingga tidak sigap, dan masyarakat menjadi korban.

"Peristiwa memilukan yang ketiga kalinya, dimana petani Kecamatan Purbolinggo meninggal akibat gajah liar".Ucap Bambang.

Pemerintah daerah Lampung Timur, melalui Bupati Dawam Rahardjo menegaskan Pemda setempat akan melakukan negosiasi kepada pihak Balai TNWK, terkait peristiwa tragis konflik gajah liar dan manusia, yang baru saja terjadi Minggu (31/10/2021) malam.

Kata Dawam Rahardjo, masyarakat desa meminta agar Pemerintah membangunkan batas hutan antara peladangan warga (kanal), dan kanal dimaksud sudah menjadi permintaan warga sejak dulu namun belum terealisasi.

Baca Juga: Mantan Bupati Lampung Tengah Bakal Bersaksi Di Sidang Perkara Suap Eks Penyidik KPK

"Siang ini kami akan melakukan negosiasi dengan pihak Balai TNWK, tentunya membahas persoalan konflik gajah dan manusia di Lampung Timur, harapan kami keadaan agar tidak terjadi lagi hal semacam ini".Kata Dawam Rahardjo.

Kepala Balai TNWK Kuswandono  tidak bisa memberikan penjelasan banyak hal.

Dia hanya mengatakan pihak balai dan pemerintah daerah Lampung Timur akan mencari solusi terbaik paska konflik gajah liar dan warga Tegalyoso.

Saat disinggung terkait alat pendeteksi gajah liar yakni GPS Color, Kuswandono mengatakan kemungkinan rombongan gajah yang keluar terpisah dengan gajah yang memiliki tanda GPS Color.

"Mungkin saja gajah yang mencelakakan pak Sutik itu, gajah yang terpisah dari rombongan yang terpasang alat pantau GPS Color".Ucap Kepala Balai TNWK, Kuswandono.

Baca Juga: Petani di Lampung Timur Tewas Diserang Kawanan Gajah Liar

Kontributor:  Agus Susanto

Load More