Menurut Rudi Rianto, juru kunci Bendungan Gubuk Mas Way Tebu III, bendungan Way Tebu III memasok air ke saluran irigasi teknis yang mengairi ribuan hektar sawah di Kecamatan Pagelaran dan Pringsewu, termasuk di dalamnya ke wilayah Desa Podorejo, Bumiarum, Bumi Ayu, Pajaresuk dan Sidoarjo.
Guna menghubungkan saluran irigasi yang melintasi perbukitan, dibangunlah talang yang menyerupai jembatan (talang air) oleh pemerintah kolonial Belanda yang berjumlah lima buah talang dan tersebar di beberapa lokasi.
Talang air itu diberi nama sesuai dengan dengan tempat talang air berada seperti talang Ganjaran di Kecamatan Ganjaran, Talang Pajaresuk di daerah Pajaresuk, Talang Bumiarum di Desa Bumiarum dan juga Talang Bumi Ayu di Desa Bumi Ayu.
Talang Air yang dibangun era kolonisasi Belanda ini posisinya membentang dari bukit satu ke bukit lainnya, melintasi lembah atau rawa dengan ketinggian sekitar 25 meter dengan panjang bervariasi mulai dari 50 hingga 200 meter.
Talang Air yang diperkirakan usianya sudah mencapai 93 tahun itu terbuat dari besi (pelat baja) dan berbentuk silinder dengan ditopang oleh tiang-tiang pancang yang menempel ke pondasi cor batu belah sepanjang bentangannya.
Keberadaan Talang Air yang tersebar di kolonisasi Pringsewu sangat berpengaruh terhadap produktivitas lahan persawahan yang menjadi garapan utama para kolonis.
Terutama bila dilihat secara geografis, wilayah kolonisasi Pringsewu kondisinya banyak terdapat perbukitan sehingga menimbulkan lokasi-lokasi cekungan, lembah atau rawa.
Bila tidak dibangun Talang Air maka lokasi persawahan yang berada sisi lain perbukitan sulit mendapat suplai air yang mencukupi.
Berkat adanya rangkaian Talang Air ini maka ribuan lahan persawahan yang menjadi garapan para kolonis Jawa mendapat suplai air yang mencukupi dan tentunya berdampak kepada meningkatnya hasil panen padi.
Baca Juga: Bendungan Way Sekampung Resmi Beroperasi, Bupati Pringsewu Lakukan Pengisian Awal
Pembangunan irigasi Way Tebu berdampak pada produksi padi di Lampung tahun 1936. Tahun 1936 untuk pertama kalinya beras dari kolonisasi Lampung dikirimkan ke pasar-pasar di Jakarta melalui Pelabuhan Panjang dengan jumlah pengiriman mencapai 2,5 ton beras.
Bahkan hingga saat ini jaringan irigasi Way Tebu tetap mampu menjadi penopang utama pertanian di daerah Pringsewu sebagai salah satu daerah penghasil beras di Lampung. (Karsiwan:2013).
Penulis: Barnas Rasmana (Alumni Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Muhammadiyah Metro dan aktif bersama komunitas Penggiat Sejarah di Kota Metro)
NB:
Artikel ini terbit atas kerjasama suaralampung.id dan Sahabat Dokterswoning
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Bupati Lampung Tengah Kena OTT KPK dari Partai Apa? Ardito Ternyata Baru Gabung Golkar
-
Bupati Lampung Tengah Kasus Apa? KPK Ungkap Dugaan Suap Rp 5,7 Miliar hingga Penahanan
-
KPK Tangkap Lima Orang Terkait OTT Bupati Lampung Tengah, Begini Awal Kejadiannya
-
Cek Fakta: Viral Video TNI Tangkap Kapal Malaysia Pengangkut Emas Ilegal, Benarkah Terjadi?
-
Belanja Hemat Akhir Tahun! Harga Sabun, Deodoran, Pasta Gigi & Body Lotion di Indomaret Anjlok