Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 25 Januari 2021 | 10:10 WIB
Megawati Soekarnoputri (kiri) dan Jusuf Kalla (kanan)

SuaraLampung.id - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla disebut bisa ikut kembali pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Biarpun umur Megawati Soekarnoputri dan JK sudah tua, namun hal itu dianggap bukan halangan. 

Fenomena kemenangan Joe Biden pada Pilpres Amerika Serikat dianggap bisa menjadi faktor pemicu munculnya politisi tua sebagai calon presiden mendatang. 

Joe Biden menjadi Presiden AS di usianya yang ke-78 tahun.

Baca Juga: La Nyalla: Ibu Megawati Memberikan Warna dalam Kehidupan Politik Indonesia

Hal itu terjadi jika politisi muda tidak ada yang bisa memberikan daya tarik kepada masyarakat. 

Selain Joe Biden Kita bisa melihat Mahathir Mohamad dilantik menjadi Perdana Menteri Malayasia pada umur 92 tahun. Maka peluan politisi senior di Indonesia masih terbuka lebar. 

Mungkinkah politisi senior mencalonkan diri sebagai presiden? Refly Harun melalui kanal Youtube miliknya mengunggah video berjudul "BUKAN TIDAK MUNGKIN 2024 JK DAN MEGA NYAPRES LAGI!!"  

Dalam unggahannya, ahli hukum tata negara ini membacakan sebuah artikel yang berspekulasi bahwa Jusuf Kalla (JK) akan maju Pilpres mendatang.

Dalam artikel itu dijelaskan bahwa terlepas dari usia yang sudah cukup tua, JK memiliki peluang untuk maju sebagai calon presiden pada Pilpres 2024. Pasalnya, kedekatan dirinya dengan Presiden AS Joe Biden berdampak positif.

Baca Juga: Presiden Bagi-bagi Nasi Kotak, Refly Harun: Jokowi Pencipta Kerumunan

Refly Harun menjelaskan, terlepas dari dukungan partai politik atau tidak, ia meminta masyarakat untuk tidak melupakan "Mahathir Effect".

"Ada dukungan parpol atau tidak, jangan melupakan bahwa yang namanya 'Mahathir Effect'. Ini seperti fenomena bola salju, menggelinding makin besar dan terbukti misalnya Amerika Serikat pada dua perhelatan pemilu terakhir ini memunculkan orang-orang tua sebagai presiden terpilih Donald Trump dan kemudian juga yang lebih tua Joe Biden," terangnya.

Dalam videonya itu, Refly Harun turut menjelaskan umur JK dan Joe Biden yang tak jauh beda, hanya berjarak berapa bulan saja. Itu membuat, JK bisa maju dan memiliki peluang menjadi presiden seperti Joe Biden.

"Ternyata JK juga usianya sama saja dengan Joe Biden, hanya JK tua enam bulan. Kalau dia ingin maju di tahun 2024, jadi usianya nati jadi 82 tahun. Artinya bukan tidak mungkin JK kembali menjadi calon presiden jika memang ada peluang ke arah itu," ujarnya.

Selain itu, Refly Harun turut menuturkan kemungkinan mantan presiden Megawati Soekarnoputri masih bisa dicalonkan sebagai presiden, lantaran umur Mega lebih muda dari JK.

"Bukan tidak mungkin konstelasi berubah menjadi drastis, yang maju sebagai calon presiden adalah Megawati Soekarnoputri dari koalisi istana, why not," ucapnya.

Namun menyambung perkataannya, Refly Harun menyebut Megawati tak mungkin akan berpasangan dengan Prabowo Subianto. Pasalnya Prabowo sudah harga mati menjadi calon presiden atau tidak sama sekali, bukan menjadi calon wakil presiden lagi.

"Hanya tidak mungkin berpasangan lagi dengan Prabowo Subianto, karena sudah harga mati jadi calon presiden atau tidak sama sekali," imbuhnya.

Pengamat politik ini juga menyinggung soal penerapan Presidential Threshold, yang akan membuat partai PDIP yang hanya bisa maju mengusung kadernya sendiri.

"Kalau Presidential Threshold ini diterapkan, maka satu-satunya partai yang bisa maju dengan mengusung kader sendiri itu baru PDIP. Tapi kita tahu, akan riskan bila PDIP tak melibatkan partai pengusung lainnya," jelas Refly.

Dalam videonya itu, Refly Harun menegaskan untuk tidak menutup peluang Megawati dan JK maju dalam Pilpres 2024.

"Jangan tutup peluang Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla. Bisa jadi, tiba-tiba orang lanjut usia itu justru kembali bertarung dalam Pilpres. Itu yang namanya politician never die," tandasnya.

Apalagi menurut Refly Harun, elektabilitas Puan Maharani sebagai calon presiden belum terdongkrak usahanya. Walau, nama Megawati serta JK tak pernah disinggung maju sebagai calon presiden dalam survey, jauh lebih memungkinkan maju ketimbang Puan.

"Memang Megawati dan JK tak pernah disebutkan sebaga calon presiden dalam survey, karena orang belum dan tidak membayangkan. Tapi fenomena Mahathir dan Joe Biden merangsang mereka untuk bertarung lagi," tandasnya.

"Barangkali Megawati melihat saingan-saingan dia tak banyak lagi. Megawati punya peluang," lanjutnya.

Refly Harun kembali menyinggung soal usia dari Megawati dan JK. Ia menyebut usia bergantung pada perawatan tubuhnya. Banyak orang yang lebih tua, jauh lebih sehat dibandingkan yang usianya lebih muda. Apalagi keduanya masih begitu sehat dan bugar.

Refly Harun turut menyatakan, kejutan-kejutan Megawati dan JK maju Pilpres 2024 bisa terjadi, apabila kebijakan Presidential Threshold dihapuskan.

Menurutnya, jika tetap ada seperti sekarang, maka akan terjadi fenomena borong partai politik.

"Kejutan-kejutan itu bisa terjadi apabali Presidential Threshold dihapuskan. Jika tak dihapuskan, tetap seperti sekarang, akan terjadi fenomena borong partai politik. Maka apabila tetap dipertahankan Presidential Threshold pada hari ini, maksimal tiga calon saja yang akan maju dan sangat mungkin juga dipasangkan dua calon," jelasnya.

Di akhir videonya, Refly Harun juga membeberkan harapannya dalam perhelatan Pilpres 2024 mendatang.

"Harapan 2024 yang kita inginkan adalah presiden yang genuine, yang betul-betul muncul dari rahim publik, keinginan publik, dan memang ditempa dari pergelutan dan perdebatan yang luar biasa dan dimenangkan dari sebuah pemilu adil," ujarnya.

"Saya tidak penting siapa, wahananya dulu dibereskan makanya Presidential Threshold harus dihilangkan," pintanya.

Refly Harun turut menyebut nama-nama yang ia prediksikan akan maju Pilpres 2024. Nama itu terbagi dalam 4 generasi, yakni generasi 40an; Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), generasi 50an: Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno, generasi 60an; Mahfud MD dan Jimly Asshiddiqie, dan generasi 70an; Megawati Soekarno Putri dan Jusuf Kalla.

Load More