Inflasi Lampung Naik, Cabai dan Ayam Jadi Biang Keladi

pemicu utama kenaikan inflasi ini berasal dari "dapur" masyarakat.

Wakos Reza Gautama
Rabu, 01 Oktober 2025 | 22:58 WIB
Inflasi Lampung Naik, Cabai dan Ayam Jadi Biang Keladi
Ilustrasi cabai merah keriting. Inflasi di Lampung dipengaruhi lonjakan harga cabai merah. [Suara.com/Eko Faizin]
Baca 10 detik
  • Inflasi tahunan Lampung pada September 2025 naik menjadi 1,17%
  • Kenaikan inflasi didorong oleh harga cabai merah, daging ayam, dan emas
  • Harga bawang merah, vitamin, dan tomat menahan laju inflasi

SuaraLampung.id - Inflasi Lampung di bulan September 2025 menunjukkan geliat yang patut dicermati. Data terbaru dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung mencatat inflasi tahunan sebesar 1,17 persen (yoy).

Angka ini, meski masih di bawah inflasi nasional (2,65 persen yoy), telah merangkak naik dari bulan sebelumnya yang hanya 1,05 persen (yoy).

Kepala KPw BI Provinsi Lampung, Bimo Epyanto, mengungkapkan bahwa pemicu utama kenaikan inflasi ini berasal dari "dapur" masyarakat.

Komoditas seperti cabai merah, daging ayam ras, dan emas perhiasan menjadi biang keladi di balik tren peningkatan ini. Kontribusi masing-masing tercatat sebesar 0,13 persen, 0,12 persen, dan 0,05 persen secara bulanan (mtm).

Baca Juga:Inflasi Lampung September Merayap Naik, Daya Beli Masyarakat Terpukul Harga Pangan

Lonjakan harga cabai merah tak lain disebabkan oleh habisnya masa panen, yang berujung pada menipisnya pasokan di pasar. Fenomena musiman ini kerap menjadi momok bagi masyarakat, terutama ibu rumah tangga.

Sementara itu, harga daging ayam ras juga ikut "mengangkasa" akibat penurunan pasokan DOC (Day Old Chicks) atau bibit ayam.

Bimo Epyanto memperkirakan kondisi ini akan berlanjut hingga November 2025, mengindikasikan bahwa tekanan pada harga daging ayam masih akan terasa dalam beberapa bulan ke depan. Ini tentu menjadi tantangan bagi pemerintah daerah dan peternak untuk menjaga stabilitas pasokan.

Di sisi lain, kenaikan harga emas perhiasan mencerminkan tren global. Di tengah ketidakpastian geopolitik yang memanas dan sentimen kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang fluktuatif, emas selalu menjadi "safe haven" yang diburu investor.

Kenaikan harga emas global ini secara langsung berdampak pada harga emas perhiasan di Lampung, memberikan sinyal adanya kecemasan ekonomi yang lebih luas.

Baca Juga:Ekspor Lampung Meroket: Lemak Nabati Jadi Primadona, Amerika Serikat Pasar Utama

Untungnya, tekanan inflasi tidak berjalan sendirian. Sejumlah komoditas berhasil memberikan "rem" signifikan, mencegah inflasi melonjak lebih tinggi.

Bawang merah, vitamin, dan tomat tercatat mengalami deflasi, dengan andil masing-masing sebesar 0,26%, 0,03%, dan 0,03% secara bulanan.

Penurunan harga komoditas pangan ini terjadi berkat melimpahnya pasokan seiring masuknya masa panen di berbagai sentra produksi. Ini menunjukkan betapa rentannya inflasi pangan terhadap siklus panen dan ketersediaan pasokan.

KPw BI Provinsi Lampung memproyeksikan inflasi akan tetap terjaga dalam rentang sasaran 2,5±1% (yoy) sepanjang tahun 2025.

Namun, dengan dinamika harga komoditas pangan yang sangat bergantung pada musim dan pasokan, serta gejolak harga emas global, pemerintah dan masyarakat perlu tetap waspada.

Stabilitas harga cabai, daging ayam, dan emas akan menjadi kunci dalam menjaga daya beli masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Lampung. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini