Lampung Selatan Jadi Barometer Smart Farming Nasional

Lokasi pilot project pertama akan berpusat di Trimomukti Candipuro, Lampung Selatan

Wakos Reza Gautama
Senin, 22 September 2025 | 20:04 WIB
Lampung Selatan Jadi Barometer Smart Farming Nasional
Ilustrasi Kementan akan menerapkan smart farming di lahan seluas 1.335 hektare di Trimomukti Candipuro, Lampung Selatan. [Dok. INDICO]
Baca 10 detik
  • Kementan akan menerapkan smart farming di Lampung Selatan
  • Lahan seluas 1.335 hektare menjadi proyek percontohan
  • Lokasi pilot project pertama akan berpusat di Trimomukti Candipuro, Lampung Selatan

SuaraLampung.id - Kementerian Pertanian akan menerapkan konsep Smart Farming di Lampung Selatan. Lahan seluas 1.335 hektare menjadi proyek percontohan pertanian cerdas yang diklaim akan menjadi barometer nasional.

Tenaga Ahli Menteri Pertanian Hermansyah optimis Lampung akan menjadi provinsi percontohan penerapan smart farming bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

Lokasi pilot project pertama akan berpusat di Trimomukti Candipuro, Lampung Selatan, sebuah titik yang diharapkan menjadi episentrum revolusi pertanian.

Salah satu pilar utama proyek ini adalah adopsi energi listrik secara masif. Kerjasama dengan PLN disebut-sebut telah terjalin untuk memastikan ketersediaan infrastruktur listrik, bahkan dengan klaim penggunaan teknologi solar cell yang menjanjikan "listrik tersedia tanpa kabel."

Baca Juga:Kementan Investasi Rp180 Miliar untuk Hilirisasi di Lampung

"Konsep pemanfaatan tenaga listrik ini menjadi satu hal yang fundamental untuk diterapkan," tegas Hermansyah, Senin (22/9/2025).

Ia memaparkan, traktor listrik, combine harvester listrik, hingga stasiun pengisian daya khusus kendaraan listrik akan menjadi pemandangan lumrah di sana. Klaim fantastis pun menyertai, biaya produksi bisa terpangkas hingga 70 persen. 

Proyek ini tidak berhenti di Lampung Selatan. Hermansyah mengungkapkan rencana ekspansi paralel ke seluruh kabupaten di Lampung, dimulai dari Lampung Timur dan Lampung Tengah, dengan kapasitas masing-masing sekitar 1.000 hektare per kabupaten sebagai "demplot."

Skala yang ambisius ini memunculkan pertanyaan tentang kesiapan SDM, infrastruktur pendukung, dan keberlanjutan pasca-percontohan.

Yang lebih menarik, anggaran tidak hanya mengandalkan APBD. Pemerintah membuka pintu lebar bagi tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan mengundang investor dari China dan Rusia.

Baca Juga:Nelayan Pandeglang Ditemukan Mengambang di Perairan Sebesi

"Kami mencoba mengupayakan juga lewat tanggung jawab sosial perusahaan. Bahkan, mengundang investor, dari China dan Rusia," ungkap Hermansyah.

Selain pertanian cerdas, proyek ini juga merencanakan pembangunan agrowisata. Sebuah langkah diversifikasi yang kerap menjadi strategi di banyak proyek pertanian modern.

Keterlibatan universitas dari berbagai daerah untuk riset teknologi juga menjadi bagian dari rencana. Ini adalah langkah positif untuk memastikan inovasi berkelanjutan, namun tantangannya adalah bagaimana riset-riset tersebut bisa terintegrasi secara efektif dan menghasilkan solusi aplikatif di lapangan. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini