Tutut Soeharto: Penjaga Setia Trah Cendana

Saat ini Tutut tercatat masih memiliki utang ke negara sebesar Rp775 miliar

Wakos Reza Gautama
Kamis, 18 September 2025 | 14:06 WIB
Tutut Soeharto: Penjaga Setia Trah Cendana
Profil Tutut Soeharto. [Instagram Tutut Soeharto]

SuaraLampung.id - Aksi Siti Hardijanti Rukmana alias Tutut Soeharto menggugat Keputusan Menteri Keuangan ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta menjadi perbincangan publik.

Tutut tampaknya tak terima terhadap Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 266/MK/KN/2025 tentang Pencegahan Bepergian ke Luar Wilayah Republik Indonesia terhadap Siti Hardiyanti Hastuti Rukmana dalam Rangka Pengurusan Piutang Negara.

Saat ini Tutut tercatat masih memiliki utang ke negara sebesar Rp775 miliar. Utang tersebut terkait kucuran dana BLBI di tahun 1998 silam. 

Lalu bagaimana sebenarnya sosok Tutut Soeharto ini? Berikut sedikit profilnya.

Baca Juga:Duduk Perkara Tutut Soeharto Gugat Menkeu: Terkait Utang BLBI Rp 775 Miliar

Profil Tutut Soeharto

Tutut lahir pada 23 Januari 1949 di Yogyakarta, ketika Soeharto sedang menyiapkan Serangan Umum 1 Maret yang legendaris itu.

"Ternyata menambah semangat saya untuk berjuang," ujar Soeharto menceritakan kelahiran Tutut dalam buku otobiografinya. 

Nama Tutut berasal dari panggilan masa kecilnya. Pada awalnya, ia sering dipanggil Tuti, kependekan dari Hastuti. Namun karena terkadang ia tidak merespons saat dipanggil, ayahnya membujuk dengan bunyi kereta api Tut tut tut. Lambat laun panggilan ini terus melekat, menjadi Tutut.

Tutut menikah dengan Indra Rukmana pada 29 Januari 1972. Pasangan tersebut dikaruniai empat orang anak, yaitu Dandy Nugroho Hendro Maryanto (Dandy), Danty Indriastuty Purnamasari (Danty), dan Danny Bimo Hendro Utomo (Danny), Danvy Sekartaji Rukmana (Sekar)

Ketika ayahnya masih presiden, Tutut mengakui kurangnya waktu Pak Harto dan Ibu Tien memperhatikan anak-anaknya. Ini membuat Tutut berperan sebagai orang tua bagi adik-adiknya.

"Karena itu, sejak di SMA saya telah menjadi ibu sekaligus bapak untuk adik-adik saya," kata Tutut dikutip dari laporan Tempo.

Sikap ngemong Tutut ini terlihat ketika adik bungsunya, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, terbelit kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita dan kepemilikan senjata api ilegal di tahun 2001.

Dikutip dari Laporan Tempo, Tutut mengumpulkan semua adik-adiknya membahas mengenai kasus yang menjerat Tommy Soeharto.

"Sampai berbulan-bulan Mbak Tutut sulit tidur ngurusin kasus Mas Tommy," kata Elza Syarief, pengacara Tommy kala itu.

Tutut juga dipersiapkan Soeharto untuk meneruskan trah Cendana sebagai orang nomor 1 di republik. Dia mulai dilibatkan dalam dunia politik dengan dijadikan sebagai salah satu ketua Dewan Pimpinan Pusat Golkar.

Ketika Soeharto kembali menjadi Presiden dalam Sidang Umum MPR 1998, Tutut diajak masuk kabinet sebagai Menteri Sosial.

Skenario Soeharto kala itu, ketika dia sudah siap tidak lagi memimpin Indonesia, maka akan menjadikan Tutut sebagai penerus.

Tapi ada daya. Soeharto terjungkal dari kursi kepresidenan pada tahun 1998. Rencana menjadikan Tutut sebagai Presiden pupus.

Di era Reformasi, Tutut mendirikan Partai Karya Peduli Bangsa, yang dipimpin Hartono dan Ary Mardjono untuk ikut Pemilu 2004.

Partai itu menggadang-gadangnya sebagai calon RI-1. Namun suara PKPB nyungsep. Tutut juga anak yang rajin merawat ayahnya, yang sejak lengser sering sakit-sakitan-sampai akhirnya mengembuskan napas terakhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini

Tampilkan lebih banyak