SuaraLampung.id - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Lampung mencatat daerah ini mengalami deflasi sebesar 1,47 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Agustus 2025. Angka ini tentu saja menjadi angin segar bagi masyarakat, terutama di tengah kondisi ekonomi yang fluktuatif.
Deflasi ini, menurut Bank Indonesia, utamanya dipicu oleh dua faktor utama yang sangat krusial bagi rumah tangga: penurunan harga komoditas pangan dan biaya pendidikan yang lebih ringan.
Kepala KPw BI Lampung, Bimo Epyanto, menjelaskan bahwa deflasi pada Agustus 2025 ini tak lepas dari peran penurunan harga berbagai komoditas penting.
"Dilihat dari sumbernya, deflasi pada Agustus 2025 utamanya disebabkan oleh penurunan harga komoditas, kelompok pendidikan, serta makanan, minuman dan tembakau," ujarnya dalam keterangan pers, Selasa (2/9/2025).
Baca Juga:Terbongkar di Lampung Utara! Sindikat Pemalsuan SIM Lintas Provinsi: Ancaman di Balik Kemudi Palsu
Analisis yang mendalam ini menunjukkan adanya intervensi kebijakan dan kondisi pasar yang saling mendukung terciptanya stabilitas harga.
Pendidikan Lebih Murah, Beban Orang Tua Berkurang
Salah satu penyumbang deflasi terbesar berasal dari sektor pendidikan. Uang sekolah SMA menyumbang andil deflasi sebesar 0,84 persen, disusul uang sekolah SMP sebesar 0,39 persen.
Penurunan signifikan biaya pendidikan menengah ini bukan tanpa alasan. Bimo Epyanto menjelaskan bahwa hal ini dipicu oleh implementasi kebijakan revolusioner: penghapusan pungutan komite sekolah pada SMA, SMK, dan SLB negeri.
Kebijakan ini mulai berlaku pada tahun ajaran 2025/2026, di mana biaya operasional sekolah kini digantikan oleh dukungan pendanaan dari APBD. Ini adalah langkah maju yang patut diapresiasi, meringankan beban orang tua dan menjamin akses pendidikan yang lebih merata.
Baca Juga:Ojol Lampung Berduka: Gelar Doa Bersama untuk Affan
Bayangkan saja, dengan biaya sekolah yang terpangkas, para orang tua di Lampung kini bisa mengalihkan alokasi dana untuk kebutuhan lain, atau bahkan menabung demi masa depan anak-anak mereka. Ini bukan sekadar angka statistik, melainkan dampak nyata pada kualitas hidup keluarga di Lampung.
Panen Melimpah, Harga Pangan Terkendali
Selain pendidikan, sektor pangan juga turut berkontribusi pada deflasi ini. Komoditas seperti tomat dan cabai rawit mengalami penurunan harga, masing-masing menyumbang andil deflasi sebesar 0,14 persen dan 0,07 persen.
Penurunan ini sejalan dengan meningkatnya pasokan di pasar domestik berkat periode panen yang melimpah. Sementara itu, harga bawang putih juga turun dengan andil 0,06 persen, ditopang oleh kelancaran pasokan pasca realisasi impor yang menjaga stabilitas distribusi.
Namun, deflasi yang lebih dalam pada Agustus 2025 ini sedikit tertahan oleh beberapa komoditas yang justru mengalami inflasi.
Bawang merah dan beras menjadi penyumbang utama inflasi dengan andil masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,05 persen (mtm). Kenaikan harga kedua komoditas ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya pasokan seiring berakhirnya periode panen.