SuaraLampung.id - Dua tahun ambruk, jembatan penghubung Purwotani - Kotabaru, Jati Agung, Lampung Selatan dengan Desa Sindang Anom, Sekampung Udik, Lampung Timur, tak kunjung diperbaiki.
Padahal jembatan yang dibangun PT Mitsugoro tahun 1970 itu adalah akses utama dua desa di dua kabupaten tersebut.
Ambruknya jembatan ini membuat akses perekonomian di daerah tersebut tersendat. Warga harus memutar jauh. Selain akses ekonomi dan aktivitas warga utamanya para petani, jalan tersebut juga dilintasi para pelajar.
Melihat jembatan akses utama ambruk dan tak bisa dilalui kendaraan, masyarakat di dua desa di Lampung Selatan dan Lampung Timur tersebut, kemudian berinisiatif membuat jembatan darurat.
Baca Juga:Tragis! Pekerja PLN Tewas Tersengat Listrik di Lampung Timur
Jembatan ini dibangun menggunakan kayu batang pohon kelapa. Namun jembatan tersebut, hanya bisa dilintasi oleh kendaraan roda dua, sedangkan kendaraan roda empat harus berputar jauh.
Salah satu warga Desa Purwotani bernama Ahmad mengatakan, jembatan tersebut ambruk sekitar akhir tahun 2022 lalu. Warga lalu berinisiatif gotong royong membangun jembatan darurat, meski kondisinya hanya bisa dilintasi roda dua.
"Iya ini akses utama yang sering dilewatin para petani, pekerja, bahkan pelajar juga sering lewat. Lalu karena mutar jauh, jadi warga inisiatif bangun jembatan darurat," kata Ahmad kepada Lampungpro.co--jaringan Suara.com saat melintasi jembatan darurat tersebut, Kamis (15/8/2024).
Jembatan darurat ini tidak aman dilintasi saat musim hujan karena jembatan sering terseret arus akibat air sungai meluap.
"Jembatan darurat hanya bisa dilintasi satu arah, jadi bergantian yang mau lewat. Susahnya ini kalau hujan deras, kadang airnya meluap ke jembatan, bahkan sering hanyut, hampir tiap bulan gotong royong perbaiki jembatan darurat," ujar Ahmad.
Baca Juga:Jalan Mulus Menantu Zulhas Dicalonkan Jadi Bupati Lampung Selatan
Hal senada juga diungkapkan Hari, warga yang sering melintasi jembatan tersebut. Hari berharap, pemerintah segera membangun permanen jembatan tersebut, agar nyaman saat melintas.
"Saya sama anak saya sering lewat sini saat pagi hari, tentu rasa was-was itu ada, apalagi saat hujan. Ini jalannya licin saat hujan, ditambah kondisi jembatan yang seperti ini, kadang malah hampir kerendam jembatannya," ungkap Hari.
Hal yang sama juga diutarakan oleh Andi, pelajar di Sekolah Lentera Harapan, Jati Agung, Lampung Selatan. Tiap harinya, ia yang tinggal di Desa Purwotani harus melewati jembatan tersebut.
"Iya ini sudah hampir dua tahun tidak ada jembatan permanen, waktu itu pernah mutar jauh sebelum ada jembatan darurat, dan saat hujan deras," ujar Andi.
Sementara itu, seorang petani yang ladangnya ada di wilayah tersebut bernama Mardi juga berharap, pemerintah segera membangun jembatan permanen agar bisa dilalui semua kendaraan.
"Memang jembatan ini akses satu-satunya baik petani, pelajar, maupun warga. Kami harap pemerintah segera melanjutkan pembangunan jembatan, supaya para petani tidak kesulitan membawa hasil panen," sebut Mardi.
Pantauan di lokasi, terlihat memang jembatan tersebut jadi akses utama para warga di Desa Purwotani, Jati Agung, Lampung Selatan dan juga Desa Sindang Anom, Sekampung Udik, Lampung Timur.
Kebanyakan warga yang melintas merupakan para petani yang mengangkut hasil taninya, maupun peternak yang membawa rumput dari ladang.
Terlihat sudah ada dua penyangga yang dicor, yang dibangun pemerintah pada akhir 2023 lalu. Namun pembangunannya mandek tidak dilanjutkan lagi.
Warga berharap, proyek pembangunan jembatan tersebut segera dilanjutkan, sehingga memperlancar mobilitas warga, petani, hingga pelajar di daerah tersebut.