Sulistina menitipkan Bung Tomo kepada perawat rumah sakit karena besok ia harus menunaikan ibadah wukuf di Arafah. Perawat itu bilang Bung Tomo juga akan dibawa ke Arafah untuk wukuf. Ternyata semua pasien di rumah sakit tetap dibawa ke Arafah untuk wukuf agar ibadah hajinya sempurna.
Bung Tomo Wafat saat Wukuf
Esok harinya di saat Sulistina istirahat wukuf, tiba-tiba ada orang mencarinya. Jantungnya langsung berdegup kencang. Seorang dari Departemen Agama mencari Sulistina, istri Bung Tomo.
"Ibu hendaknya tabah, kita sebagai manusia hanya menjalani takdir Allah," kata petugas Departemen Agama ke Sulistina.
Baca Juga:Ketum Muhammadiyah: Hari Pahlawan sebagai Ikhtiar Menyerap Nilai Perjuangan
Sulistina terhenyak. "Apa?"
"Bung Tomo telah meninggalkan kita semua," jawab petugas tersebut. Air mata Sulistina tak terasa menetes. Penyesalan terdalam Sulistina adalah tak bisa mendampingi suami tercinta di saat terakhirnya.
Bung Tomo wafat pada 7 Oktober 1981 ketika sedang wukuf di Padang Arafah, Mekkah. Jasad Bung Tomo dimakamkan di Arafah. Selepas mengantar jenazah suaminya, Sulistina kembali ke tenda KBRI. Ia menumpahkan kesedihannya.
Di saat Sulistina menangis, datang seorang ibu menghampirinya. Ibu itu bercerita bahwa tepat di saat Bung Tomo menarik napas terakhirnya ada petir menggelegar dan halilintar bersambaran. Padahal saat itu langit cerah tak ada mendung.
"Tuhan telah Kau sambut kedatangan salah seorang hamba-Mu, seorang pejuang Republik Indonesia yang kembali ke haribaan-Mu. Terimalah dia ya Allah dalam kedamaian yang hanya milik-Mu," doa Sulistina sambil menunduk.
Baca Juga:Ketua Umum PKR Ajak Anak Muda Teladani Pahlawan Slamet Riyadi
Setelah empat bulan berselang, jenazah Bung Tomo berhasil dipulangkan ke tanah air.