Kisah Pejuang Mangrove di Lampung Timur, Berawal Baku Hantam Berujung Pelestari Lingkungan

orang-orang yang awalnya menentang penanaman mangrove di Lampung Timur berubah sikap

Wakos Reza Gautama
Kamis, 04 November 2021 | 08:10 WIB
Kisah Pejuang Mangrove di Lampung Timur, Berawal Baku Hantam Berujung Pelestari Lingkungan
Hutan Mangrove di Desa Muliyosari, Kecamatan Pasirsakti, Lampung Timur. [ISTIMEWA]

Sekarang tambak yang tadinya terkena abrasi dan tidak terurus kembali dimanfaatkan warga bersamaan dengan penghijauan mangrove.

Merintis Penanaman Mangrove Sejak 2005

Syamsudin mulai merintis menanam mangrove di bibir pantai Desa Mulyosari, Kecamatan Pasirsakti, Lampung Timur, pada tahun 2005. Sebelum tahun 2005, Syamsudin merantau ke Palembang, Sumatera Selatan. Di sana ia bekerja sebagai nelayan. 

Namun daerah tempat ia mencari nafkah dilanda abrasi besar-besaran. Hal ini membuat Syamsudin pulang kembali ke Lampung Timur pada tahun 2005. 

Baca Juga:Cegah Abrasi di Kepulauan Seribu, Masyarakat Diimbau Perbanyak Tanam Bibit Mangrove

Tiba di Desa Muliyosari, Syamsudin merasa prihatin melihat kondisi pantai yang gersang dan hanya ditumbuhi tanaman liat yang tidak terurus.

Dari situlah timbul niatan dirinya menanam mangrove. Syamsudin mengajak dua orang saudaranya untuk membantu menanam mangrove di pesisir pantai Desa Muliyosari. 

Dalam kurun waktu dua tahun, 2005 - 2007 Syamsudin dan dua saudaranya berhasil menanam mangrove seluas 2 kilometer secara swadaya.

"Mangrove kan manfaatnya banyak menjaga ekosistem lingkungan dan tentu menjadi kemanan secara alami dari bencana alam yakni memecah ombak dan memecah angin, " kata Syamsudin.

Kini penggiat mangrove di Desa Muliyosari sudah mencapai 40 orang. Dampak mangrove yang sudah rimbun mulai dinikmati warga. Ketika puting beliung terjadi, tidak ada lagi rumah warga yang rusak. Ini karena mangrove memecah angin puting beliung. 

Baca Juga:Jelang KTT G-20 di Bali, Dubes Inggris Dan Timor Leste Datangi Hutan Mangrove Ngurah Rai

Di Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur, ada juga sosok penggiat mangrove. Dia adalah Sumari. Pria berusia 42 tahun itu menanam mangrove di pesisir secara sukarela. 

Tujuan Sumari menanam mangrove untuk menjaga pantai dari abrasi dan terpaan angin laut. Saat ini kehadiran hutan mangrove di Desa Sukorahayu menciptakan lapangan pekerjaan untuk sejumlah warganya.

"Ya awalnya hanya ingin menjaga pantai dan mengantisipasi terpaan angin besar yang bisa menerjang pemukiman," kata Sumari.

Sumari mengaku mulai menekuni sebagai pembibit mangrove pada 2018. Awalnya bibit mangrove ia tanam sendiri di pesisir Desa Sukorahayu, Kecamatan Labuhan Maringgai.

"Saat ini justru mangrove pembibitan saya banyak diminati dan terjual hingga Bengkulu. Dari penjualan bibit saya bisa menciptakan lapangan kerja. Warga sekitar saya upah harian dengan tugas memasukan bibit mangrove pada media tanam," ungkapnya.

Sekertaris BPBD Lampung Timur Titin Wahyuni mengakui bahwa Lampung Timur adalah kabupaten paling rawan bencana di Lampung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini