Wakos Reza Gautama
Rabu, 03 September 2025 | 11:33 WIB
Ilustrasi Bawang Merah. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung berupaya mengembangkan penanaman bawang merah. [unsplash/paul magdas]
Baca 10 detik
  • Pemprov Lampung tengah mengembangkan penanaman bawang merah seluas 150 hektare
  • Bawang merah menjadi salah satu penyumbang inflasi Lampung
  • Upaya pengembangan lahan baru diharapkan menekan inflasi daerah
[batas-kesimpulan]

SuaraLampung.id - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung berupaya mengembangkan penanaman bawang merah untuk memitigasi fluktuasi harga komoditas tersebut serta menjaga pergerakan tingkat inflasi daerah.

Staf Ahli Gubernur Lampung Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan Bani Ispriyanto mengatakan bawang merah memang komoditas yang rawan akan hambatan distribusi dan sering mengalami fluktuasi harga.

"Sehingga pemerintah daerah sedang mengembangkan di daerah seperti di Desa Ruguk dan Ambarawa masing-masing sekitar 50 hektare," ujar Bani Ispriyanto, Selasa (2/9/2025).

Bani mengatakan pengembangan komoditas bawang merah tersebut akan dilakukan di lahan seluas 150 hektare yang tersebar di berbagai daerah di Lampung.

"Bawang merah ini sedang dikembangkan di beberapa lokasi, tapi luasannya memang belum bisa mencukupi bagi konsumsi Provinsi Lampung. Sehingga masih mendatangkan dari luar daerah seperti Brebes dan Nganjuk," ucap dia.

Meski belum memenuhi konsumsi untuk Provinsi Lampung, pemerintah daerah berniat memperluas area pengembangan bawang merah sebagai sarana pembibitan dengan menciptakan desa-desa yang mandiri.

"Selain melalui pengembangan pembibitan dan penanaman bawang merah di beberapa daerah, untuk mencegah hambatan distribusi dan fluktuasi harga bawang merah pemerintah daerah juga selalu melakukan perhitungan neraca pangan guna memastikan ketersediaan pasokan dan kebutuhan," ucap dia.

Menurut Bani, pemantauan neraca pangan dilakukan setiap saat, sehingga saat terjadi fluktuasi harga dan peningkatan kebutuhan terjadi, dapat diantisipasi dengan mendatangkan dari berbagai offtaker komoditas tersebut dari kabupaten dan kota.

"Pengembangan area penanaman dan pembibitan bawang merah tersebut juga didorong dengan adanya program Gubernur Lampung yakni pembuatan pupuk organik cair yang ada di desa-desa untuk memperkuat ketahanan pangan daerah," tambahnya.

Baca Juga: 5 Petinggi HIPMI Lampung Direhabilitasi Usai Pesta Narkoba, BNN Ungkap Alasannya

Berdasarkan data 2024 di Lampung untuk kawasan produksi bawang merah berada di Kabupaten Pringsewu sebagai daerah produksi peringkat pertama dengan produksi mencapai 6.803 kuintal, luas panen 57 hektare, dan produktivitas 118,8 kuintal per hektare.

Kemudian daerah dengan produksi terbesar kedua adalah Kabupaten Lampung Selatan dengan jumlah produksi sebanyak 4.000 kuintal, luas panen 43 hektare, dan produktivitas 93 kuintal per hektare. Daerah berproduksi ketiga terbanyak ada di Kabupaten Lampung Barat dengan produksi 2.119 kuintal, luas panen 58 hektare, dan produktivitas sebanyak 36,3 kuintal per hektare.

Untuk daerah lainnya ada di Kabupaten Tanggamus dengan produksi 614 kuintal, luas panen 24 hektare, produktivitas 25,5 kuintal per hektare, Pesawaran jumlah produksi 1.985 kuintal, luas panen 17 hektare, dan produktivitas 120 kuintal per hektare.

Lampung Tengah jumlah produksi 781 kuintal, luas panen 17 hektare serta produktivitas 45,3 kuintal per hektare, sedangkan Kota Metro produksi 150 kuintal, luas panen 3 hektare, produktivitas 52,6 kuintal per hektare.

Sementara itu, bawang merah tercatat menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi Lampung pada Agustus 2025 dengan andil inflasi 0,97 persen, disusul emas perhiasan menyumbang inflasi sebesar 0,30 persen, akademi atau perguruan tinggi 0,26 persen, beras sebesar 0,17 persen, dan tomat sebesar 0,08 persen. (ANTARA)

Load More