"Selang beberapa jam dari perawatan medis dinyatakan suami saya meninggal. Hati saya begitu trenyuh, saya mau menyalahkan siapa, apalagi yang menyebabkan kematian suami saya seekor binatang, bukan manusia, secara hukum pun saya tidak bisa berbuat apa-apa," jelas Sulastri.
Paska kematian suaminya, perempuan berkulit sawo matang ini harus menjadi tulang punggung keluarga untuk kedua anaknya. Dengan memelihara tiga ekor sapi peninggalan Yarkoni, ia kemudian menjadikan sapi-sapi ini jadi modal dan tabungan untuk keperluan hidup dan sekolah anak-anaknya.
Setelah Yarkoni meninggal, mereka tidak dapat bantuan atau asuransi untuk menyambung hidup, baik dari pihak Taman Nasional Way Kambas (TNWK).
Dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur juga tidak dapat. Yang ada hanya sedikit uang yang disebut uang tali kasih sebagi tambahan pelaksanaan doa paska meninggalnya Yarkoni.
Baca Juga: Jasa Marga Pamer Penggunaan Teknologi di Jalan Tol
"Tidak ada asuransi hanya dapat uang Rp10 juta entah dari mana, yang pasti uang itu diberikan oleh pihak Balai TNWK untuk tambahan pelaksanaan yasinan selama 7 hari," terang Sulastri.
Saat ini Sulastri jadi perempuan kepala keluarga yang harus menghidupi 2 anaknya. Kematian Yarkoni seolah hanya menjadi sejarah kelam bagi keluarga mereka, karena kematian Yarkoni akibat diinjak gajah tak pernah dikenang sebagai korban atau pejuang yang menyelamatkan tanaman di lingkungannya dari gajah liar. Tak ada penghargaan atau balas jasa dari pemerintah untuk Yarkoni.
Siti Rokhayah juga mengalaminya. Para perempuan khususnya ibu rumah tangga yang ada di Dusun 1, Desa Rantau Jaya meronta dengan kondisi yang ada, yaitu dengan adanya konflik gajah liar yang selalu merangsek tanaman petani.
Meskipun perempuan di sana tidak berhadapan langsung dengan satwa dan hutan, tapi dampak yang tidak diinginkan juga dirasa oleh perempuan. Seperti setiap malam suami mereka harus menjaga tanaman dari pukul 19.00 hingga pagi hari.
"Dampaknya kami was-was, malam yang seharusnya bisa bersama dengan anak istri, suami harus bermalam di kebun, tapi semua itu demi utuhnya tanaman kami," kata dia.
Baca Juga: Persahabatan Beda Dimensi? 4 Film Ini tentang Pertemanan Hantu dan Manusia
Karena setiap ada kerusakan tanaman akibat gajah liar, Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur ataupun pihak Balai TNWK seolah tidak mau bertanggung jawab seperti mengganti rugi tanaman yang dimakan gajah liar.
Sulastri, sudah 7 bulan ini harus bekerja keras menghidupi dua anaknya. Sejak suaminya meninggal, dia harus bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan tidak menentu, dengan penghasilan tidak lebih dari 50 ribu per hari untuk kebutuhan makan sehari hari.
Perempuan yang tinggal di Desa Tambahdadi, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur itu selain bekerja serabutan, setiap hari harus mencari rumput untuk pakan 3 ekor sapinya.
"Selama suami meninggal saya buruh apa saja, terutama buruh buruh di sawah, sambil mencari rumput untuk pakan sapi peninggalan suami,” kata dia.
Apalagi kata dia, anaknya yang nomor dua masih usia 5 tahun masih membutuhkan banyak uang untuk keperluan sekolah, sementara anak pertamanya yang sudah lulus SMA sudah merantau mencari nafkah semenjak ayahnya meninggal. Selama 7 bulan, ia merasa berat untuk mencari nafkah dan menghidup anak-anaknya.
Usulkan Asuransi
Berita Terkait
-
Jasa Marga Pamer Penggunaan Teknologi di Jalan Tol
-
Persahabatan Beda Dimensi? 4 Film Ini tentang Pertemanan Hantu dan Manusia
-
Breaking News! Identifikasi Temuan Kerangka Keraton Selesai, Ini Hasilnya
-
6 Rekomendasi Film yang Disutradarai Joko Anwar, Tawarkan Banyak Ragam!
-
Perkuat Reposisi sebagai Distributor Alat Kesehatan, IRRA Kokohkan Aset SDM sebagai Ujung Tombak Perusahaan
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
-
BLT Rp600 Ribu 'Kentang', Ekonomi Sulit Terbang
Terkini
-
El-Bhara Bikin Paul Munster Merinding! Antusiasme Suporter Jadi Modal Bhayangkara FC di Liga 1
-
Stadion Sumpah Pemuda Bikin Pelatih Bhayangkara FC Kagum
-
Lampung Prioritaskan Budaya Topeng di Balik Festival Krakatau 2025
-
Resmi! Bhayangkara FC Boyong Striker "Super Cepat" Eropa & Bintang Muda Timnas U-23
-
Buaya 4,5 Meter Penerkam Warga Tanggamus Berhasil Dijerat