SuaraLampung.id - Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso kembali membongkar skandal di balik pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Sugeng meyakini Irjen Ferdy Sambo dan 31 polisi lain yang terlibat dalam kasus pembunuhan Brigadir J adalah mafia.
Mengapa Sugeng menyebut Geng Sambo ini sebagai mafia? Ini karena menurut Sugeng kerja Geng Sambo sangat sistematis dalam menutupi kejahatan pembunuhan.
Sugeng menceritakan pada 11 Juli 2022, IPW melansir 3 hal bahwa kejadian tembak-menembak, pelecehan, pengancaman itu janggal.
Baca Juga: Kekayaan Brigjen Agus Budiharta, Kapuslabfor Polri yang Tersangkut Kasus Ferdy Sambo
Saat itu, menurut Sugeng, IPW meminta supaya dibentuk TGPF dan meminta menonaktifkan Ferdy Sambo sebagai Kadiv Propam Polri.
Lalu sehari kemudian, Sugeng mengaku dihubungi anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PAN yang berusaha mempengaruhi dirinya terkait kasus Sambo.
Pada hari yang sama, lanjut dia anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi PKS juga menghubungi dirinya.
"Dia tidak berusaha mempengaruhi saya tapi cuma bertanya-tanya saja, karena sikap saya tegas bahwa itu adalah kejanggalan," ujar Sugeng dikutip dari YouTube Official iNews.
Lalu pada tanggal 15 Juli 2022, seorang Kombes dari Baintelkam menurut Sugeng juga berusaha mempengaruhi dirinya.
Baca Juga: Anak Buahnya Ditahan Terkait Kasus Kematian Brigadir J, Ini Kata Kapolda Metro Jaya
"Artinya mereka bekerja sistematis membuat pra kondisi supaya cerita tentang pelecehan, penembakan, pengancaman diamini oleh pihak-pihak yang mengkritisi," ucap Sugeng.
Menurut Sugeng, anggota DPR dan perwira Polri yang mencoba mempengaruhinya itu didatangi oleh Ferdy Sambo.
Kepada orang-orang itu, Ferdy Sambo mengatakan, kehormatan keluarganya diinjak-injak, dicederai bahkan menyesal bukan dirinya sendiri yang menembak Brigadir J.
Dari rangkaian kejadian ini Sugeng menganalisis bahwa 31 polisi yang melakukan penghalangan penyidikan melakukan dengan kesadaran.
"Jadi saya menganalisis, relasi hubungan kedinasan yang terjadi itu dibangun atas kepentingan. LPSK juga berusaha dipengaruhi dengan uang. Jadi ini adalah model kerja gaya mafia," paparnya.
Berita Terkait
-
Beda Tarif Febri Diansyah vs Ronny Talapessy: Dulu Lawan di Kasus Ferdy Sambo, Kini Bersatu Bela Hasto
-
Kekayaan Febri Diansyah di LHKPN: Pengacara Istri Ferdy Sambo Kini Bela Hasto Kristiyanto
-
"Plintat-Plintut", Tuduhan Oplosan BBM Pertamina Bikin Rakyat Bingung
-
Gaduh Pertamax Oplosan, IPW Desak Kapolri Perintahkan Uji Sampel BBM di Seluruh SPBU
-
Beda Nasib Terkini Ferdy Sambo dan Richard Eliezer: Makin Gemoy vs Bikin Anak Kangen
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
Pilihan
-
Pemain Keturunan Jawa Bertemu Patrick Kluivert, Akhirnya Gabung Timnas Indonesia?
-
Jadwal Dan Rute Lengkap Bus Trans Metro Dewata di Bali Mulai Besok 20 April 2025
-
Polemik Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo di Borobudur
-
8 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaik April 2025
Terkini
-
Ribuan Warga Lampung Bersatu untuk Palestina: Babang Tamvan Serukan Boikot Produk Israel
-
Truk Pengangkut Rongsokan Hantam Pelabuhan Bakauheni: Diduga Rem Blong
-
Cuaca Buruk di Bandara Radin Inten II, Lion Air Mendarat di Palembang
-
Konflik Satwa-Manusia di Lampung Mengerikan: 9 Nyawa Melayang
-
Kades Ditandu 12 Km Demi Berobat: Realita Pesisir Barat Usai Lepas Status Daerah Tertinggal