SuaraLampung.id - Puluhan nelayan di Kuala Kambas dan Kuala Sekapuk di Pesisir Labuhan Maringgai, Lampung Timur, memutuskan meninggalkan lokasi karena adanya limbah hitam yang mencemari laut.
Limbah hitam menyerupai aspal ini berasal dari kebocoran pipa eksplorasi minyak milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES).
"Semenjak limbah menyebar dua hari, saya dan rekan rekan geser dari Kuala Kambas, karena sudah tidak ada tangkapan karena limbah berbau minyak," kata Ujang, seorang nelayan, Sabtu (23/7/2022).
Menurut Ujang, Kuala Kambas dan Kuala Sekapuk merupakan zona rajungan karena lokasinya identik dengan hamparan pasir.
Baca Juga: Asisten Ungkap Permintaan Nikita Mirzani Saat Diperiksa Polisi
Nelayan biasanya sengaja tinggal di Kambas dan Sekapuk karena jarak tempuh dari tempat tinggal nelayan Desa Muara Gadingmas selama dua jam perjalanan laut menggunakan kapal speed.
"Kuala Kambas dan Sekapuk bagi kami surganya rajungan, kalau tidak ada cemaran limbah, sehari minimal bisa dapat 30 kilogram, walaupun saat ini musim timuran tidak pengaruh dengan rajungan yang mempengaruhi adanya limbah itu," kata Ujang.
Selain rajungan susah ditangkap, nelayan juga berpikir panjang tidak memasang jaring karena khawatir rusak dengan adanya limbah karena limbah sifatnya lengket dan susah dihilangkan jika menempel di jaring.
Nelayan Labuhan Maringgai Ahyit (42) khawatir dengan merebaknya limbah akan berdampak pada telur-telur rajungan. Apalagi saat ini merupakan musim rajungan bertelur.
Artinya jika limbah bisa membunuh telur rajungan dan tidak menetas maka dipastikan hasil tangkap pada Desember mendatang akan terjadi penyusutan.
Baca Juga: Nikita Mirzani Diperiksa Selama 24 Jam, Anak Tetap Ikut
"Khawatir saya sebagai nelayan rajungan ketika nanti Desember musim rajungan, telur-telur tidak menetas karena limbah alhasil tangkapan rajungan menurun drastis," ujar Ahyit.
Ahyit juga mengakui selama limbah menyebar, dirinya mendapati beberapa rajungan namun kondisi fisiknya berbeda rajungan tampak lemas dan mudah mati.
"Mungkin karena limbah ya, baru nangkap sudah lemas dan gampang mati biasanya rajungan ketahanan hidupnya kuat," kata Ahyit.
Kontributor : Agus Susanto
Berita Terkait
-
Wawali Surabaya Dilaporkan Polisi! Gara-Gara Bela Pekerja yang Ijazahnya Ditahan?
-
Jeritan Nelayan Bekasi: Akses Melaut Diblokade Pagar Laut, Pembongkaran saat Itu Hanya Seremonial
-
Bali Larang Air Kemasan Plastik! Langkah Radikal Selamatkan Pulau Dewata dari Tsunami Sampah
-
Deolipa Yumara Skakmat Razman soal Kewenangan Saksi: Siapapun Boleh Jadi Saksi!
-
Sebut Proyek Perusak Alam Tetap Berlanjut, Warga Pulau Pari: Penyegelan Cuma Gimik!
Terpopuler
- Sama-sama Bermesin 250 cc, XMAX Kalah Murah: Intip Pesona Motor Sporty Yamaha Terbaru
- Robby Abbas Pernah Jual Artis Terkenal Senilai Rp400 Juta, Inisial TB dan Tinggal di Bali
- Profil Ditho Sitompul Anak Hotma Sitompul: Pendidikan, Karier, dan Keluarga
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- Ini Alasan Hotma Sitompul Dimakamkan dengan Upacara Militer
Pilihan
-
Perempuan Gratis Naik Transportasi Umum di Jakarta Hari Ini, dari LRT Hingga MRT
-
Liga Inggris: Kalahkan Ipswich Town, Arsenal Selamatkan MU dari Degradasi
-
Djenahro Nunumete Pemain Keturunan Indonesia Mirip Lionel Messi: Lincah Berkaki Kidal
-
7 Rekomendasi HP Murah Rp 2 Jutaan Layar AMOLED Terbaik April 2025
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V50 Lite 4G vs vivo V50 Lite 5G, Serupa Tapi Tak Sama!
Terkini
-
Ribuan Warga Lampung Bersatu untuk Palestina: Babang Tamvan Serukan Boikot Produk Israel
-
Truk Pengangkut Rongsokan Hantam Pelabuhan Bakauheni: Diduga Rem Blong
-
Cuaca Buruk di Bandara Radin Inten II, Lion Air Mendarat di Palembang
-
Konflik Satwa-Manusia di Lampung Mengerikan: 9 Nyawa Melayang
-
Kades Ditandu 12 Km Demi Berobat: Realita Pesisir Barat Usai Lepas Status Daerah Tertinggal