SuaraLampung.id - Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 23 Juni 2022 sampai dengan pukul 16.00 WIB, di Indonesia terjadi 70 dugaan kasus hepatitis akut misterius dari 21 provinsi.
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan sebanyak 16 kasus dinyatakan probable, 14 pending dan 40 discarded.
Di mana profil dari 16 kasus probable didominasi oleh anak laki-laki dan paling banyak ditemukan pada usia rentang 0-5 tahun.
Sedangkan status pasien adalah tujuh dinyatakan sembuh dan dipulangkan, satu masih dirawat dan dua melakukan rawat jalan.
Baca Juga: Pastikan Keamanan Makanan Jemaah Haji, Ini Langkah yang Dilakukan Kemenkes
"Sementara enam lainnya dinyatakan meninggal karena merupakan kasus awal yang telat terdeteksi atau telat mendapatkan penanganan, kata Nadia dalam Webinar "Mengenal Lebih Jauh Hepatitis Akut Misterius Pada Anak", di Jakarta, Jumat (1/7/2022).
Nadia menambahkan hingga hari ini, belum ditemukan pasien hepatitis akut misterius yang butuh melakukan transplantasi hati. Karena itu dia mengajak semua pihak untuk terus waspada dan lebih ketat menjaga anak-anaknya, terutama anak di bawah usia lima tahun.
“Kasus di atas usia 11 tahun lebih rendah. Jadi memang yang harus kita jaga adalah anak-anak pada sekolah PAUD. Justru yang SD itu kasusnya cukup besar, tetapi tidak sebesar pada usia di bawah lima tahun, kalau di atas 11 tahun lebih kecil relatif kemungkinannya,” katanya.
Nadia mengatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menilai risiko dari hepatitis akut misterius pada anak secara global masih harus terus diawasi karena bersifat moderat.
“Sampai saat ini WHO menyatakan bahwa kondisi kewaspadaan dari hepatitis akut misterius ini sifatnya moderat. Sampai saat ini penyebabnya belum diketahui,” katanya.
Baca Juga: Hepatitis Misterius Masih Mengintai, Ketahui Kronologi Penyebaran dan Kemungkinan Penyebabnya
Nadia menuturkan sampai dengan hari ini, penyebab utama hepatitis akut misterius masih belum ditemukan. Seluruh dunia terus melakukan berbagai kajian karena proporsi pasien yang meningkat sekaligus guna mencegah terjadinya gejala berat.
Selain memperhatikan gejala klinis dan perkembangan penanganan kasus, WHO menilai informasi yang dimiliki oleh global maupun yang disampaikan pada masyarakat masih terbatas. Keterbatasan informasi terjadi dari sisi data epidemiologi, laboratorium, histopatologi bahkan data klinis.
Keterbatasan data disebabkan karena tidak semua negara yang sudah melaporkan kasus, memiliki kemampuan surveilans atau pelacakan yang kuat untuk memastikan positif atau tidaknya pasien terkena hepatitis tipe A dan E, sebelum melakukan pemeriksaan hepatitis akut misterius lebih lanjut.
“Tidak semua negara bisa, kalau kita lihat sudah ada di 33 negara, mungkin jumlah kasusnya akan lebih besar dari jumlah tersebut kemudian sumber maupun model bagaimana transmisi itu terjadi, itu belum dapat ditentukan,” ujar wanita yang juga menjabat sebagai juru bicara vaksinasi COVID-19 Kemenkes itu.
Nadia menambahkan bahwa memang terdapat dugaan bahwa hepatitis akut misterius pada anak terjadi akibat adanya Adenovirus. Namun, sejauh ini, diduga penularan kemungkinan terjadi melalui udara ataupun makanan.
Sedangkan penularan dari manusia ke manusia belum bisa dipastikan, sehingga WHO bersama para peneliti dunia masih mencari faktor-faktor lain penyebab awal mula penularan terjadi.
“Oleh karena itu pencegahan pada anak-anak khususnya, kita tetap dorong menggunakan masker dan mencuci tangan,” kata dia. (ANTARA)
Berita Terkait
-
Catat! Janji Kemenkes Kelola APBN Rp129,8 Triliun: Periksa Kesehatan Gratis hingga Bangun RS
-
KPK Tahan Satu Tersangka Lagi dalam Kasus Korupsi Pengadaan APD
-
Heboh Pestisida, Apa Itu Anggur Shine Muscat dan Bagaimana Cara Memilih yang Aman?
-
Jabat Menkes Lagi, Budi Gunadi Kejar Target Tiga Program Titah Prabowo, Apa Saja?
-
Awas! Media Sosial Picu Stres hingga Gangguan Mental, Kemenkes Ingatkan Soal Ini
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Daftar Petinggi Ikatan Keluarga Minangkabau (IKM), Viral Usai Video Razia RM Padang
- Penampilan Happy Asmara Saat Manggung Jadi Omongan Warganet: Semakin Hari Kelihatan Perutnya...
- Kecurigaan Diam-diam Paula Verhoeven sebelum Digugat Cerai Baim Wong: Kadang Chat Siapa Sih?
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
Pilihan
-
Kondisi Sepak Bola NTT, Dapil Anita Jacoba Gah yang Kritik Naturalisasi Timnas Indonesia
-
4 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Juta RAM 8 GB Terbaik November 2024
-
Ekonomi Kaltim Tumbuh Stabil 5,52 Persen YoY, Sektor Listrik dan Gas Melonjak 18,74 Persen
-
Trump Menang Pilpres AS, Beli Saham Ini Sejak 6 Bulan Lalu Bisa Cuan 191 Persen
-
Ini Kriteria UMKM yang Utangnya di Bank Bisa Dihapus
Terkini
-
Libur Nataru: KAI Siapkan 2.340 Kursi Per Hari dari Stasiun Tanjungkarang
-
Kampanye Medsos Nihil, Paslon Cagub-Cawagub Lampung Lebih Pilih Cara Konvensional
-
Beasiswa S2 untuk Jurnalis, BRI Fellowship Journalism 2025 Resmi Dibuka
-
Terjatuh Usai Jambret di Jalan ZA Pagar Alam Bandar Lampung, Pelaku Nyaris Dihakimi Massa
-
PMI Tewas di Malaysia, Sindikat Perdagangan Orang Lampung Terbongkar