Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 16 Juni 2022 | 08:54 WIB
Tradisi Nyucun Pahakh dari Pesisir Barat. [ANTARA]

SuaraLampung.id - Salah satu kearifan lokal yang masih dijaga masyarakat adat Sai Batin di Kabupaten Pesisir Barat ialah tradisi Nyucun Pahakh.

Ketua Harian Dewan Kesenian Kabupaten Pesisir Barat Eli Darmawati mengatakan, tradisi Nyucun Pahakh adalah tradisi menjunjung makanan di kepala dan menutup makanan dengan kain.

Nyucun Pahakh secara peristilahan Bahasa Lampung terdiri dari dua kosakata kata yaitu kata Nyucun dan Pahakh.

Dimana Nyucun berarti meletakkan barang di atas kepala, sedangkan Pahakh adalah benda yang terbuat dari kuningan dan sejenisnya berbentuk bulat serta memiliki leher dengan diameter seukuran kepala, yang berfungsi sebagai penyangga kepala saat menjunjung barang di atas kepala perempuan atau yang dikenal oleh masyarakat lokal Lampung dengan “bebai”.

Baca Juga: Ada 17 Spot Berselancar di Krui Pesisir Barat, Paling Terkenal Pantai Tanjung Setia

Sehingga secara harafiah Nyucun Pahakh dapat dikatakan sebagai salah satu kebiasaan masyarakat pesisir untuk menghargai alam ciptaan Yang Maha Kuasa, dengan menghargai setiap makanan yang diolah dari beragam hasil alam dan menjalin kebersamaan antar sesama manusia.

Tradisi Nyucun Pahakh ini juga telah resmi tercatat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 2017 dan terdaftar pula pada 2018 sebagai salah satu Warisan Budaya Tak benda Indonesia.

Potret tradisi penghargaan atas alam semesta melalui menjunjung dan menata makanan oleh masyarakat Lampung pesisir itu, tetap terjaga lestari dan berkesinambungan pada berbagai kesempatan yaitu saat berlangsungnya acara adat ngejelang kubor (ziarah kubur), ngejalang balak, ngejalang masjid, dan nayuh.

Bukan tanpa isi setiap wadah yang dijunjung oleh para wanita itu berisi beragam makanan tradisional masyarakat pesisir suku Sai Batin di Pesisir Barat.

Seperti sayur kuno sarrak pulang tiyung (rendang terong putih), gulai tua adat retak renai suak belulang (sayur santan kacang merah yang di campur kikil), sambol halom (ayam dimasak manis menggunakan lada dan kecap), sambol gedang (pepaya parut goreng yang dicampur kelapa), gulai taboh ikan tuhuk, gulai halom (gulai daging), dan gulai buah kelor.

Baca Juga: Menikmati Kelincahan Para Pandeka Minangkabau 'Beradu' di Galanggang Silek Tradisi

Selanjutnya, nasi putih, buah-buahan, hingga kue tradisional seperti kue tat, dan cucur tersusun berputar meramaikan sajian di atas pahakh, yang ditutup dengan tudung warna merah menyala dengan sulaman benang emas Tapis dengan motif khas Pesisir Barat yang disebut tuala.

Satu porsi makanan dalam pahakh dapat dinikmati dua orang dengan aturan duduk antar orang harus berhadapan.

Dalam tradisi makan bersama itu selain beragam jenis kuliner kuno peninggalan nenek moyang yang tersaji. Ada sejumlah peralatan pelengkap lain salah satunya kasur alas duduk yang dihiasi Tapis di bagian depan kasur yang disebut kasur kepundak.

Kasur itu menjadi lambang penghormatan kepada tamu yang berkunjung dan siap menyantap makanan yang di bawa oleh para wanita pada tradisi Nyucun Pahakh.

"Ini namanya kasur kepundak untuk alas duduk, ini lambang penghormatan kepada tamu. Sebab orang Lampung sangat menghormati tamu, dan memang kebanyakan makanan tradisi kita memakai ikan terutama ikan tuhuk, dan santan," kata Eli Darmawati sembari menepuk kasur berlapis Tapis yang ia pakai sebagai alas duduk.

Wanita yang gemar menulis ragam tradisi Pesisir Barat itu mengatakan upaya pelestarian tradisi Nyucun Pahakh itu terus dilakukan salah salah satunya dengan menghadirkan tradisi tersebut pada setiap kesempatan di luar acara adat, seperti di kegiatan pariwisata ataupun ajang internasional salah satunya Krui Pro.

"Tradisi ini kalau bukan kita yang menjaga dan memperkenalkan maka bisa hilang. Jadi pada setiap kesempatan akan diusahakan terus menghadirkan tradisi-tradisi asli Pesisir Barat," ucapnya.

Ia melanjutkan selain itu ada pula upaya pelestarian melalui pembentukan dan pementasan tarian kreasi yang berakar dari tari Sembah dengan nama yang serupa dengan tradisi tersebut yaitu tari Nyucun Pahakh, tarian itu menjadi tari penyambutan tamu yang nantinya penari akan mengantarkan pahakh berupa sekapur sirih.

Sukacita masyarakat Pesisir Barat untuk memperkenalkan budaya dan tradisinya kepada wisatawan domestik dan juga wisatawan mancanegara dikatakan oleh salah seorang warga Jihan.

"Sudah masak dengan tetangga-tetangga sejak subuh bahkan cari buah kelor yang sedang tidak musim untuk hidangan pahakh, belum lagi kita junjung di kepala sewaktu jalan ke sini agak berat. Tapi senang rasa lelah hilang waktu lihat bule-bule dan tamu peselancar duduk makan menikmati sekali seperti orang sini," kata Jihan.

Menurut wanita berkulit putih bersih kelahiran Krui itu adanya tradisi Nyucun Pahakh di setiap ajang dapat membantu menjaga kelestarian tradisi bagi generasi penerus serta jadi ajang promosi kepada wisatawan.

Potret kehadiran tradisi lokal di ajang kejuaraan Krui Pro 2022 menjadi upaya masyarakat dan pemerintah setempat bersinergi menjaga dan mempromosikan tradisi lokal untuk mengembangkan sektor pariwisata daerah. (ANTARA)

Load More