Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Kamis, 20 Januari 2022 | 08:45 WIB
Ilustrasi Mantan KSAD Jenderal TNI (Purn) Pramono Edhie Wibowo. Pramono Edhie pernah dihadapkan pada kasus anggota Kopassus yang menyerang Lapas Cebongan, Yogyakarta. [ANTARA FOTO/Andika Wahyu]

Dikutip dari buku "Pramono Edhie Wibowo dan cetak biru Indonesia ke depan" Pramono Edhie marah karena perbuatan prajurit Kopassus itu sudah melanggar hukum dan mencoreng nama baik kesatuan.

Di sisi lain Pramono Edhie sedih karena para pelakunya adalah para prajurit Kopassus, korps kebanggaannya selama ini.

Pramono Edhie adalah seorang jenderal yang berlatar belakang Kopassus. Adik ipar SBY ini memulai karier militernya dari Kopassus.

Ia juga dibesarkan dari seorang ayah yang pernah menjadi Komandan Korps Baret Merah. Sarwo Edhie Wibowo, ayah Edhie, adalah komandan Kopassus yang terkenal sebagai pemberantas PKI.  

Baca Juga: Ditangkap Polisi saat Kerja, Baharuddin Pelaku Utama Pembunuhan TNI AD Pratu Sahdi Ternyata Penjaga Kapal di Muara Baru

Namun Edhie punya prinsip. Ia tak mau melindungi siapapun yang melakukan kesalahan. Baginya setiap orang yang melakukan kesalahan harus mendapat hukuman dari kesalahannya itu.

Pramono Edhie membuka penyidikan kasus ini ke publik. Bahkan proses persidangan terhadap 12 anggota Kopassus itu juga berlangsung terbuka. Semua media bisa meliputnya.

Hakim menjatuhkan hukuman berbeda terhadap 12 prajurit Kopassus tersebut. Serda Ucok dihukum 11 tahun penjara, Serda Sugen 8 tahun penjara, dan Koptu Kodik 6 tahun penjara.

Mereka bertiga juga dijatuhi hukuman dipecat dari dinas militer. Sementara Serda Ikhmawan yang membawa mobil mengangkut para prajurit Kopassus ke Lapas Cebongan, dihukum satu tahun tiga bulan penjara.

Lima orang lain dihukum satu tahun 9 bulan penjara. Dan tiga anggota lainnya dihukum 4 bulan 20 hari penjara. Keputusan Pramono Edhie membuka kasus ini menimbulkan pro kontra di internal.

Baca Juga: Pelaku Penusukan Anggota TNI AD Ditangkap, Ini Motifnya Menurut Polisi

Gara-gara ini, Pramono Edhie sampai dituding mengorbankan anak buah demi popularitas. Suara sumbang juga terdengar bahwa Edhie tidak mau melindungi anggotanya.

Tuduhan-tuduhan ini menyakitkan hati Pramono Edhie. Pramono Edhie merasa tidak mendapatkan popularitas apapun dari kasus ini. Bagi Edhie, mereka yang bersalah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Ia siap menerima segala konsekuensi dari keputusannya itu walau harus dicibir. Edhie rela tidak populer asalkan kebenaran dapat ditegakkan.

Load More