SuaraLampung.id - Tutupnya tempat wisata Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur karena pandemi Covid-19 berdampak pada ekonomi warga sekitar.
Salah satu yang terdampak dari penutupan TNWK adalah penjual suvenir yang biasa menjajakan dagangannya di TNWK. Edi Santoso, contohnya.
Warga Desa Labuhanratu Baru, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur ini harus menjual dua ekor sapi miliknya untuk menutupi cicilan pinjaman di bank.
Pria 42 tahun itu menjual dua ekor sapinya seharga Rp 60 juta untuk membayar cicila pinjaman modal di bank. Ini ia lakukan karena setahun lebih dirinya tak mendapat pemasukan.
"Sampai jual sapi dua ekor saya mas. Gimana semua dagangan ini modal dari pinjam bank. Sebenarnya kalau TNWK tidak tutup ya bisa bayar dari hasil jualan di TNWK," kata Edi Santoso, Senin (20/12/2021).
Edi bercerita di awal 2019 dirinya belanja bahan dagangan seperti pakaian bergambar gajah, boneka gajah, dan berbagai aksesori yang berhubungan dengan gambar gajah. Nilai nominal yang dibelanjakan pada awal 2019 menelan biaya di atas 200 juta. Sebagian sumber dana didapat dari pinjam di bank.
Rencananya, barang dagangan itu akan dipasarkan ketika momen Idul Fitri 2019 yang jatuh pada bulan Juni. Namun situasi mengalami perubahan karena mewabahnya Covid-19.
"Ya itu Maret 2019 Taman Nasional Way Kambas ditutup total karena ada Covid 19. Sampai hari ini TNWK belum buka," ujar Edi Santoso.
Karena TNWK merupakan ladang utama mengais rejeki, ekonomi Edi mulai terdampak begitu terjadi penutupan. Dirinya kewalahan membayar angsuran bank untuk menutupi pinjaman yang digunakan untuk belanja barang dagangan tersebut.
Baca Juga: Ditinggal Ibu dan Bapak Bekerja, Keponakan Disetubuhi Paman
Edi tidak berpangku tangan. Ia mencoba mengambil strategi menjajakan dagangannya berkeliling ke kabupaten lain, seperti Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang dan Lampung Tengah. Namun strategi tersebut tidak cukup untuk memenuhi angsuran.
"Cara keliling di beberapa kabupaten tidak efektif, laku sih lalu tapi hanya untuk pengganti transpor dan biaya makan sehari hari. Karena sudah jenuh dagang keliling, saya terpaksa menjual 2 sapi saya untuk mengangsur bank," ucap dia.
Awal 2021, Edi melakukan spekulasi menjual dagangan di Pantai Kerangmas, Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai. Sasaran pembeli tidak lain pengunjung pantai tersebut. Namun menurutnya tidak selaris di TNWK.
"Ada sih pembelinya tapi tidak seperti di Way Kambas. Di Way Kambas pengunjungnya dari luar daerah dan mereka pasti membeli suvenis ciri khas gambar gajah," ungkap Edi.
Menurut Edi bukan hanya dirinya yang mengalami kesulitan ekonomi sejak TNWK ditutup. Pedagang lain juga hasil penjualannya menurun drastis.
"Ya Ndak saya aja yang terdampak. Pedagang pokok di TNWK ada kalau 8 orang semua terdampak, yang pasti mengalami modal macet setelah belanja barang TNWK tutup," terang Edi.
Berita Terkait
Terpopuler
- Moto G96 5G Resmi Rilis, HP 5G Murah Motorola Ini Bawa Layar Curved
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- Misteri Panggilan Telepon Terakhir Diplomat Arya Daru Pangayunan yang Tewas Dilakban
- 7 HP Infinix Rp1 Jutaan Terbaik Juli 2025, Ada yang Kameranya 108 MP
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 9 Juli: Ada Pemain OVR Tinggi dan Gems
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP RAM 12 GB Memori 512 GB di Bawah Rp 5 Juta, Terbaik Juli 2025
-
Mentan Amran Geram Temukan Pupuk Palsu: Petani Bisa Langsung Bangkrut!
-
Realisasi KUR Tembus Rp131 Triliun, Kredit Macet Capai 2,38 Persen
-
Pasar Modal Bergairah, IHSG dan Nilai Transaksi Melonjak Sepanjang Pekan Ini
-
Kevin Diks Berada di Situasi Tak Enak, CEO Gladbach Kasih Peringatan
Terkini
-
Pemutihan Pajak Kendaraan di Lampung Raup Rp140 Miliar
-
Ingin Ikut Proyek Pengadaan di KAI? Begini Caranya dan Dokumen yang Diperlukan
-
Jangan Salah Beli! Ini 4 Merek AC Terbaik Paling Hemat Listrik untuk Rumah di Kota Besar
-
5 Persiapan Wajib Ortu Sebelum Anak Masuk SD: Bukan Cuma Soal Beli Tas dan Sepatu Baru!
-
The Banker Menobatkan BRI Sebagai Bank Terbaik Indonesia Tahun 2025