Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 20 Desember 2021 | 17:10 WIB
Edi Santoso, penjual suvenir gajah yang biasa mangkal di TNWK kini harus pindah lokasi sejak TNWK tutup. [Suaralampung.id/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Tutupnya tempat wisata Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur karena pandemi Covid-19 berdampak pada ekonomi warga sekitar. 

Salah satu yang terdampak dari penutupan TNWK adalah penjual suvenir yang biasa menjajakan dagangannya di TNWK. Edi Santoso, contohnya.

Warga Desa Labuhanratu Baru, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur ini harus menjual dua ekor sapi miliknya untuk menutupi cicilan pinjaman di bank.

Pria 42 tahun itu menjual dua ekor sapinya seharga Rp 60 juta untuk membayar cicila pinjaman modal di bank. Ini ia lakukan karena setahun lebih dirinya tak mendapat pemasukan. 

Baca Juga: Ditinggal Ibu dan Bapak Bekerja, Keponakan Disetubuhi Paman

"Sampai jual sapi dua ekor saya mas. Gimana semua dagangan ini modal dari pinjam bank. Sebenarnya kalau TNWK tidak tutup ya bisa bayar dari hasil jualan di TNWK," kata Edi Santoso, Senin (20/12/2021).

Edi bercerita di awal 2019 dirinya belanja bahan dagangan seperti pakaian bergambar gajah, boneka gajah, dan berbagai aksesori yang berhubungan dengan gambar gajah. Nilai nominal yang dibelanjakan pada awal 2019 menelan biaya di atas 200 juta. Sebagian sumber dana didapat dari pinjam di bank.

Rencananya, barang dagangan itu akan dipasarkan ketika momen Idul Fitri 2019 yang jatuh pada bulan Juni. Namun situasi mengalami perubahan karena mewabahnya Covid-19.

"Ya itu Maret 2019 Taman Nasional Way Kambas ditutup total karena ada Covid 19. Sampai hari ini TNWK belum buka," ujar Edi Santoso. 

Karena TNWK merupakan ladang utama mengais rejeki, ekonomi Edi mulai terdampak begitu terjadi penutupan. Dirinya kewalahan membayar angsuran bank untuk menutupi pinjaman yang digunakan untuk belanja barang dagangan tersebut.

Baca Juga: Begini Kondisi Terkini Sekda Lampung Timur Usai Mobilnya Terbalik di Sukadana

Edi tidak berpangku tangan. Ia mencoba mengambil strategi menjajakan dagangannya berkeliling ke kabupaten lain, seperti Kabupaten Mesuji, Tulang Bawang dan Lampung Tengah. Namun strategi tersebut tidak cukup untuk memenuhi angsuran.

"Cara keliling di beberapa kabupaten tidak efektif, laku sih lalu tapi hanya untuk pengganti transpor dan biaya makan sehari hari. Karena sudah jenuh dagang keliling, saya terpaksa menjual 2 sapi saya untuk mengangsur bank," ucap dia.

Awal 2021, Edi melakukan spekulasi menjual dagangan di Pantai Kerangmas, Desa Muara Gadingmas, Kecamatan Labuhan Maringgai. Sasaran pembeli tidak lain pengunjung pantai tersebut. Namun menurutnya tidak selaris di TNWK.

"Ada sih pembelinya tapi tidak seperti di Way Kambas. Di Way Kambas pengunjungnya dari luar daerah dan mereka pasti membeli suvenis ciri khas gambar gajah," ungkap Edi.

Menurut Edi bukan hanya dirinya yang mengalami kesulitan ekonomi sejak TNWK ditutup. Pedagang lain juga hasil penjualannya menurun drastis.

"Ya Ndak saya aja yang terdampak. Pedagang pokok di TNWK ada kalau 8 orang semua terdampak, yang pasti mengalami modal macet setelah belanja barang TNWK tutup," terang Edi.

Humas Balai TNWK Sukatmoko, menyatakan TNWK tetap tutup di libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2021. Alasannya terutama kondisi Covid 19 masih menjangkit bahkan akhir akhir ini ada varian baru yang dinamakan Omicron.

"Karena pengunjung TNWK banyak berasal dari luar daerah, terutama Jakarta dan Pulau Jawa, dikhawatirkan ada pengunjung terkonfirmasi varian Omicorn dan menyebar di TNWK," ujar Sukatmoko.

Jika itu terjadi, kata Sukatmoko, yang terdampak bukan hanya sesama pengunjung tapi merambah pada pegawai TNWK dan dikhawatirkan bisa menular ke satwa yang ada di TNWK.

Kata Sukatmoko TNWK akan dibuka pada 2022 namun bulan nya belum ditetapkan. Meskipun dibuka akan ada perubahan skema wisata. Yakni yang tadinya pengunjung bisa bersentuhan langsung dengan gajah jinak, nanti akan ditiadakan.

Dan juga tidak ada eksplorasi gajah jinak untuk pengunjung, seperti atraksi gajah, tunggang gajah dan lainnya, sehingga ke depan pengunjung hanya bisa menikmati alam dan meliat gajah jinak di lokasi Pusat Latihan Gajah (PLG).

"Itu informasi yang baru kami terima terkait skema wisata 2022 mendatang. Itu pun belum ada kepastian kapan akan dibuka wisata di TNWK," papar Sukatmoko.

Kontributor: Agus Susanto

Load More