SuaraLampung.id - Penyitaan kotak amal milik kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung mendapat kritik dari beberapa kalangan.
Anggota DPR RI Fadli Zon lewat akun Twitter pribadinya, Sabtu (6/11/2021), mengunggah cuitan mengenai penyitaan kotak amal oleh Densus 88 di Lampung.
"Densus 88 versus Kotak Amal. Islamofobia akut," kicau Fadli Zon.
Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Irjen Pol (Purn) Benny Mamoto menyebutkan penyitaan kotak amal milik kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung sudah didukung oleh bukti yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Densus ketika menyita kotak amal tentunya sudah didukung bukti yang kuat dan harus dipertanggungjawabkan di depan pengadilan," kata Benny yang juga mantan Penyidik Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri saat dihubungi melalui pesan "whatsapp" di Jakarta, Selasa (9/11/2021) dikutip dari ANTARA.
Menurut Benny, kalau ingin melumpuhkan organisasi teroris maka salah satu caranya adalah mematikan sumber dananya.
Mengenai sumber pendanaan teroris ini, Benny menjelaskan Para Wijayanto, pemimpin jaringan teroris JI, memiliki kemampuan mengelola organisasi sangat profesional karena latar belakangnya adalah pebisnis.
Benny mengungkap latar belajar Para Wijayanto pernah bekerja di lima perusahaan dan terakhir sebagai HRD perusahaan besar di Jawa Tengah. Dia lulusan fakultas teknik salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah.
"Dia (Wijayanto, red.) pernah belajar cara membuat senjata di Filipina Selatan. Saya mempelajari strategi yang dia buat memang sangat bagus dan mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat," ungkat Benny.
Baca Juga: Benny Mamoto: Lumpuhkan Organisasi Teroris, Matikan Sumber Dananya
Menurut Benny, sebelum kepemimpinan Para Wijayanto, organisasi JI dipimpin oleh pimpinan berlatar belakang pendidikan agama sehingga penggalangan dananya sangat terbatas, seperti sumbangan dari infak, sedekah, dan hasil fa'i (perampokan bank dan sebagainya), atau sumbangan dari Al Qaeda.
Para Wijayanto, lanjut Benny, telah menyusun buku inti strategi "Tamkin" yang isinya termasuk cara membangun jaringan dan menggalang dana.
Salah satu cara penggalangan dana adalah melalui kotak amal yang disamarkan sehingga masyarakat tidak tahu siapa dibalik kotak amal tersebut.
"Mereka bahkan punya bisnis legal sebagai sumber dana untuk mengelola organisasi, termasuk memberangkatkan ratusan anggotanya ke Suriah," kata Benny.
Pendanaan ini, kata Benny, sangat penting bagi organisasi teroris. Pendanaan tersebut ibarat darah bagi tubuh manusia.
Untuk itu, Benny menekankan masyarakat harus belajar tentang perkembangan jaringan teroris yang semakin maju dan canggih agar tidak tertinggal informasi, baik cara teroris berkomunikasi dengan teknologi terkini maupun cara teroris mencari dukungan dana.
Berita Terkait
Terpopuler
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Cuma 3 Jam 35 Menit dari Jakarta, Thom Haye Mungkin Gabung ke Klub Ini, Bukan Persib Bandung
- 35 Kode Redeem FF MAX Hari Ini 23 Agustus: Klaim Bundle Itachi, Emote Susanoo & Senjata Akatsuki
Pilihan
-
Figur Kontroversial Era 98 Dianugerahi Bintang Jasa, Siapa Sebenarnya Zacky Anwar Makarim?
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 1 Jutaan Terbaru Agustus 2025, Terbaru Galaxy A07
-
Shin Tae-yong Batal Dampingi Korea Selatan U-23, Rencana 'Reuni Panas' di Sidoarjo Buyar
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
Terkini
-
Itera Terima Dana Internasional untuk Selamatkan Tanaman Kantong Semar
-
Guru Ancam Cekik Murid Saat Upacara di Pesawaran: Terungkap Kondisi Kejiwaannya
-
BRI Luncurkan Kartu Debit Co-Branding BRI X INDODAX, Ini Sejumlah Keunggulannya
-
Dari Jimbaran ke Dunia: Haluan Bali Padukan Seni Tradisi, Teknologi, dan Keberlanjutan
-
1300 Burung Diselamatkan di Pelabuhan Bakauheni: Penyelundupan Satwa Ilegal Digagalkan