SuaraLampung.id - Kabupaten Lampung Timur memiliki wisata savana yang tak kalah indahnya dengan daerah lain di Indonesia. Wisata savana ini berada di Desa Desa Braja Harjosari dan Desa Braja Yekti.
Warga Desa Braja Harjosari dan Desa Braja Yekti, Lampung Timur, mengelola paket ekowisata. Salah satunya adalah melihat padang savana yang terbentang di kedua desa itu.
Untuk melihat padang savana di Desa Braja Harjosari dan Desa Braja Yekti, Lampung Timur, wisatawan menyusuri sungai yang membelah padang savana.
Membuat Ekowisata karena ada konflik gajah liar dan petani
Baca Juga: 7 Wisata di Bali Tersembunyi, Indahnya Nggak Ada Obat
Ketua Pokdarwis Desa Braja Harjosari, Toni mengatakan warga berinisiatif membuat ekowisata untuk mencegah terjadinya konflik dengan gajah liar.
Sebelum tahun 2015 sering terjadi konflik gajah liar dan petani di Desa Braja Harjosari dan Desa Braja Yekti. Dua desa ini merupakan desa penyangga Taman Nasional Way Kambas (TNWK).
Gajah liar sering merusak lahan petani setempat. Setelah 2016, Pokdarwis Braja Harjosari bekerjasama dengan konsorsium Universitas Lampung (Unila) Alert, membentuk ekowisata.
Tujuannya agar tidak lagi terjadi konflik gajah liar dengan petani. Diharapkan dengan adanya ekowisata, gajah liar tak lagi berani masuk ke dua desa tersebut. Gajah memiliki kebiasaan takut mendekat jika melihat ada kerumunan manusia.
Kata Toni potensi ekowisata dipiilh karena mengutamakan aspek konservasi. Jenis wisata ini sangat diminati wisatawan asing dan wisatawan domestik.
Baca Juga: Agrowisata Organik Dikembangkan, Pemkab Berharap Wisata Pantai Samas Jadi Primadona Lagi
"Paket wisata yang kami jual ringan tapi diminati, seperti menanam padi, mengambil getah karet, kebun jeruk, menaiki gerobak sapi, dan pantauan satwa burung malam. Paket andalan yaitu susur sungai batas hutan TNWK dan perkampungan, kata Toni.
Satu rombongan wisatawan untuk satu lokasi wisata dikenakan tarif sebesar Rp 250 ribu. Tarif itu dibagi lagi dimana Rp 25 ribu untuk kas desa, Rp 25 ribu untuk kas Pokdarwis dan Rp 200 ribu untuk pemilik objek wisata.
"Kalau wisatawan ingin melihat tanaman jeruk atau menanam padi, dan sejenisnya uang Rp 200 ribu diberikan pemilik lahan. Satu rombongan berjumlah 5 orang," kata Toni.
Kenapa ekowisata bisa menanggulangi konflik gajah?
Toni menjelaskan sejumlah lokasi wisata berada tidak jauh dari pinggir hutan TNWK. Banyaknya aktivitas manusia membuat rombongan gajah liar tidak berani mendekati lahan pertanian.
Tak jarang wisatawan asing menikmati alam pada malam hari di pinggir hutan untuk memantau burung malam. Hal tersebut secara tidak langsung bisa menanggulangi gajah liar untuk tidak masuk peladangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Jelang Lawan Timnas Indonesia, Pemain China Emosi: Saya Lihat Itu dari Kamar Hotel
- 9 Mobil Bekas Murah Sekelas Alphard Mulai Rp 60 Juta: Captain Seat Nyaman Selonjoran
- 5 Rekomendasi Moisturizer untuk Usia 50 Tahun ke Atas: Wajah Jadi Lembap dan Awet Muda
- 6 Rekomendasi Motor Touring 250cc Bekas: Performa Berkelas, Harga Mulai Rp40 Jutaan
- 7 Mobil Bekas Toyota-Suzuki: Harga Mulai Rp40 Jutaan, Cocok buat Keluarga Kecil
Pilihan
-
Ustaz Yahya Waloni Meninggal Dunia saat Khutbah Jumat, Ini Profilnya
-
12 Mobil Bekas di Bawah Rp100 Juta Bukan Innova, Kabin Lapang Muat Banyak Keluarga
-
3 Rekomendasi HP Murah Terbaik 2025: Harga Mulai Rp 300 Ribuan, RAM 6 GB dan Cocok untuk Pelajar!
-
7 Rekomendasi Hybrid Sunscreen SPF 50, Tangkis Sinar UV Cegah Penuaan Dini
-
Daftar 7 Mobil Bekas Murah Semewah Alphard, Harga Mulai Rp 60 Jutaan dan Nyaman Buat Keluarga!
Terkini
-
Waspada Jebakan Saldo Gratis, Ini 4 Link DANA Kaget Terbaru dan Cara Aman Hindari Penipuan!
-
Cek Nomor HP Kamu! Ambil Saldo Gratis Lewat 6 Link DANA Kaget Aktif 4 Juni 2025
-
Kematian Pratama Wijaya Kusuma, Dugaan Kekerasan di Balik Diksar Mahapel Unila
-
4 Link DANA Kaget Terbaru 2 Juni 2025, Buruan Ambil Saldo Gratis Lewat Nomor HP Kamu!
-
BRInita, Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan yang Fokus pada 3 Pilar Utama