Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 08 November 2021 | 09:41 WIB
Padang savana di Lampung Timur sebagai bagian ekowisata di Desa Braja Harjosari. [Dok Pokdarwis Desa Braja Harjosari]

"Betul tidak setiap hari ada wisatawan, namun gajah memiliki daya ingat tinggi jika lokasi tersebut sering di gunakan aktivitas manusia maka gajah tidak akan lagi mau mendatangi lokasi dimaksud," kata Toni.

Menjadi sumber ekonomi

Wisatawan asing dari Australia, Amerika, Jerman, Belgia, Singapura, Jepang dan Filipina, adalah wisatawan luar negeri yang sering berkunjung ke lokasi ekowisata.

Setiap berkunjung wisatawan asing memilih menginap, Masyarakat menyadari ada peluang usaha dengan membuat homestay. Di Desa Braja Harjosari saat ini ada delapan Homestay yang dikelola oleh pemilik masing masing.

Baca Juga: 7 Wisata di Bali Tersembunyi, Indahnya Nggak Ada Obat

"Seperti saya juga punya homestay. Satu malam kami pungut biaya Rp 200 ribu plus sarapan pagi. Biasanya wisatawan asing bermalam hingga lima hari," kata Toni.

Namun sejak Indonesia dilanda pandemi Covid-19 dua tahun belakangan, ekowisata di dua desa itu sepi. Padahal sebelumnya, dalam satu bulan bisa tiga kali rombongan wisatawan dari luar negeri tiba di desa penyangga.

Hujan mengguyur Dusun Gunung Agung, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur, Lampung, Minggu (7/11/2021). Homestay dengan bercorak khas Bali dengan pelataran penuh tanaman bunga berbagai jenis, kantil, kenanga, Kamboja dan lainnya, menjadi selimut alami lokasi Homestay milik Toni.

Jadi Lokasi Penelitian

Sepuluh mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia berada di Desa Braja Harjosari dan Desa Braja Yekti, Lampung Timur, untuk mengerjakan Studi Independen Bersertifikat (SIB).

Baca Juga: Agrowisata Organik Dikembangkan, Pemkab Berharap Wisata Pantai Samas Jadi Primadona Lagi

Program SIB adalah program yang digalakkan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Nama program tersebut yakni Kampus Merdeka berdasarkan Pemendikbud No.3 tahun 2020 tentang standar Nasional pendidikan tinggi.

"Ini sepuluh mahasiswa yang saat ini sedang melakukan SIB selama tiga bulan, dari Oktober hingga Januari," ucap Toni selaku pendamping mahasiswa tersebut selama melakukan Studi Independen Bersertifikat.

Kata Toni, dari sepuluh mahasiswa dibagi dua kelompok. Lima orang di Desa Braja Harjosari dan lima orang di Braja Yekti.

Kedua desa tersebut merupakan desa penyangga hutan Way Kambas yang memiliki potensi Ekowisata, sehingga kehadiran sepuluh mahasiswa yang di tugaskan melalui program Kemendikbud itu bertujuan untuk membentuk SDM dua desa penyangga tersebut terkait pengelolaan kawasan ekowisata.

"Sebenarnya program ekowisata di desa kami sudah berjalan, dengan sistem ekowisata paket. Pengunjungnya mayoritas dari luar negeri, ada juga wisatawan domestik. Kehadiran adik-adik mahasiswa ini bisa menambah SDM kepada masyarakat tentang pengelolaan dan pemasarannya," tutur Toni.

Load More