Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Senin, 25 Oktober 2021 | 18:35 WIB
Ilustrasi Covid-19. Waspada varian COVID-19 Delta AY.4.2 [Foto: Antara]

SuaraLampung.id - Virus corona atau COVID-19 terus bermutasi. Terkini muncul varian baru Delta bernama AY.4.2.

Varian COVID-19 bernama AY.4.2 sudah menyebar di Eropa. Kehadiran varian ini memicu naiknya angka kasus COVID-19 di Eropa.

Melihat fakta itu, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengemukakan varian terbaru Delta bernama AY.4.2 berpotensi mengkhawatirkan.

"Kami sudah lihat bahwa di Inggris ada satu varian yang berpotensi mengkhawatirkan yaitu AY.4.2 yang belum masuk di Indonesia yang terus kami monitor perkembangannya seperti apa," kata Budi Gunadi Sadikin saat menyampaikan keterangan pers "Evaluasi PPKM" yang diikuti dari kanal YouTube Kemenko Marves di Jakarta, Senin (25/10/2021) dikutip dari ANTARA.

Baca Juga: Belanja Kemenkes Paling Besar, Biaya Pengadaan Vaksin COVID-19 Capai Rp21,1 Triliun

Budi mengatakan varian AY.4.2 merupakan turunan dari varian Delta yang meningkatkan kasus konfirmasi COVID-19 di Inggris dalam waktu yang cukup lama, sejak Juli hingga Oktober 2021. "Kasusnya masih terus meningkat," katanya.

Sejumlah pakar di Inggris menyebut AY.4.2 atau Delta Plus itu dapat menyebar lebih cepat daripada varian Delta biasa.

Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) telah memindahkan varian 'Delta Plus' ke dalam kategori varian yang sedang diselidiki untuk memantau risiko yang terjadi saat bersarang di tubuh manusia.

"Kami sudah memonitor kemungkinan varian baru," katanya.

Menurut Budi dari pemantauan situasi yang dilakukan dalam empat pekan terakhir di 34 provinsi, kasus konfirmasi COVID-19 kembali menunjukkan tren peningkatan dalam dua pekan terakhir tapi masih berada di batas aman ketentuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Baca Juga: Menkes Ungkap Kasus Covid-19 di 105 Daerah Meningkat

"Memang angkanya masih tidak mengkhawatirkan dan berada di 'benchmark' batas aman WHO. Tapi kita mencoba mengantisipasi lebih dini supaya jangan sampai euforia berlebih membuat kita lengah, tidak waspada, dan kenaikan kasus di 105 kabupaten/kota terkontrol," katanya. (ANTARA)

Load More