Para peneliti kemudian menganalisis metabolit usus (produk metabolisme) di ketiga kelompok, dan menemukan bahwa orang berusia seratus tahun memiliki tingkat asam empedu sekunder yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan dua kelompok lainnya.
Empedu adalah cairan kuning-hijau yang dibuat oleh hati dan disimpan di kantong empedu. Asam empedu sendiri adalah senyawa dalam empedu yang membantu pencernaan, terutama lemak.
Setelah hati memproduksi asam empedu, mereka dilepaskan ke usus, di mana bakteri secara kimiawi mengubahnya menjadi asam empedu sekunder.
Pada kelompok berusia lebih dari 100 tahun, para peneliti menemukan asam empedu sekunder berjenis isoallolithocholic (isalloLCA) dengan tingkat yang sangat tinggi.
Baca Juga: Klaim Berusia 119 Tahun, Orang Tertua Ini Bongkar Resep Panjang Umurnya
Para peneliti menuliskan untuk mengetahui bakteri penghasil isoalloLCA, mereka melakukan upaya dengan cara mengidentifikasi jalurnya.
Para peneliti menyaring strain bakteri usus dari seorang berusia 110 tahun yang memiliki tingkat asam empedu sekunder yang sangat tinggi dan menemukan bahwa bakteri dari jenus Odoribacteraceae menghasilkan isoalloLCA.
Terlebih lagi, isoalloLCA ditemukan memiliki sifat antimikroba yang kuat, yang berarti dapat menghambat pertumbuhan bakteri "jahat" di usus.
Dalam percobaan di piring laboratorium dan pada tikus, para peneliti menemukan bahwa isoalloLCA memperlambat pertumbuhan Clostridium difficile, bakteri yang menyebabkan diare parah dan radang usus besar.
IsoalloLCA juga menghambat pertumbuhan enterococci resisten vankomisin, sejenis bakteri resisten antibiotik yang diketahui menyebabkan infeksi di rumah sakit.
Baca Juga: Tidak Hanya Makan Makanan Sehat, Rutin Berhubungan Seks Juga Bisa Memperpanjang Usia Loh
Temuan menunjukkan bahwa isoalloLCA dapat berkontribusi pada usus yang sehat dengan mencegah pertumbuhan bakteri jahat.
"Tampaknya bakteri ini atau asam empedunya dapat mengobati atau mencegah infeksi C. difficile pada manusia," kata Honda yang menambahkan bahwa dibutuhkan penelitan lanjutan untuk membuktikan hal tersebut.
"Jika bakteri penghasil asam empedu ini berkontribusi pada usus yang sehat, mereka mungkin suatu hari nanti jenis bakteri ini bisa digunakan sebagai probiotik untuk meningkatkan kesehatan manusia," kata Honda. Dia mencatat bahwa bakteri ini tampak aman, karena mereka tidak menghasilkan racun atau menyimpan gen resisten antibiotik.
Tidak jelas bagaimana para centenarian bisa mendapatkan bakteri menguntungkan ini, tetapi genetika dan pola makan tertentu dapat berperan dalam membentuk komposisi mikrobiota usus manusia, kata Honda.
Studi ini tidak mengumpulkan informasi tentang diet peserta, kebiasaan olahraga atau penggunaan obat-obatan, yang semuanya dapat mempengaruhi mikrobiota usus dan membantu menjelaskan hubungan tersebut, kata para penulis. (ANTARA)
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Pilihan HP Samsung Murah Harga Rp1 Jutaan: RAM 6 GB, Performa Terbaik
- Keluarkan Rp7 Juta untuk Tebus Ijazah Eks Satpam, Wamenaker Noel: Perusahaan Membangkang Negara
- 8 Rekomendasi HP Harga Rp1 Jutaan Spesifikasi Tinggi: Layar AMOLED, Kamera 50 MP!
- 5 Mobil Keluarga Terbaik yang Kuat Tanjakan, Segini Beda Harga Bekas vs Baru
- 6 Mobil Matic Bekas di Bawah Rp 40 Juta: Cocok untuk Pemula dan Ramah di Kantong
Pilihan
-
Daftar Rekomendasi Mobil Bekas Favorit Keluarga, Kabin Lapang Harga di Bawah Rp80 Juta
-
6 Mobil Bekas Kabin Luas Bukan Toyota, Harga di Bawah Rp80 Juta Pas Buat Keluarga!
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
Terkini
-
Spesifikasi dan Harga MacBook Air M4
-
Bocah 10 Tahun Jadi Korban Perampasan Motor di Bandar Lampung, Terseret Saat Melawan dan Luka-luka!
-
Waspada Jebakan Saldo Gratis, Ini 4 Link DANA Kaget Terbaru dan Cara Aman Hindari Penipuan!
-
Cek Nomor HP Kamu! Ambil Saldo Gratis Lewat 6 Link DANA Kaget Aktif 4 Juni 2025
-
Kematian Pratama Wijaya Kusuma, Dugaan Kekerasan di Balik Diksar Mahapel Unila