Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Sabtu, 03 Juli 2021 | 15:20 WIB
ILustrasi Bakso Sony. Sejarah Bakso Sony di Bandar Lampung. [Lampungpro.co]

SuaraLampung.id - Manajemen Bakso Son Hajisony atau Bakso Sony memutuskan akan menutup semua gerainya di Kota Bandar Lampung. Keputusan ini diambil di tengah masalah pajak yang mendera bakso legendaris di Lampung. 

Diketahui sebanyak enam gerai Bakso Sony di Bandar Lampung ditutup Pemerintah Kota Bandar Lampung. Ini karena Bakso Sony tidak memasang tapping box atau alat perekam transaksi penjualan. 

Kepala Inspektorat Pemkot Bandar Lampung M. Umar mengatakan, manajemen Bakso Sony masih hendak menggunakan alat pencatat pendapatan yang mereka miliki. Padahal, kata Umar, aturannya tidak boleh ada alat perekam pendapatan lain selain yang disediakan Pemkot Bandar Lampung. 

Menurut Umar, Pemkot dan manajemen Bakso Sony mencoba mencari jalan keluar polemik ini. Namun hingga kini belum ada titik temu. Hingga akhirnya bakso Sony memasang spanduk di beberapa gerainya yang memberitahukan bahwa mereka akan menutup semua gerainya di Bandar Lampung. 

Baca Juga: Penyelundupan 16 Kg Sabu Digagalkan Aparat Polres Lampung Selatan

Sejarah Bakso Sony

Bakso Sony adalah salah satu bakso legendaris di Provinsi Lampung. Bakso Sony menjadi ikon kuliner Lampung. Siapapun wisatawan yang datang ke Lampung pasti direkomendasikan untuk mencoba Bakso Sony. 

Dikutip dari penelitian tugas akhir E Rahayu seorang mahasiswa UIN Raden Intan dalam web https://repository.radenintan.ac.id/1176/5/BAB_IV.pdf, pemilik Bakso Sony adalah Sony Hadi Sucipto yang tinggal di Sragen, Jawa Tengah. 

Sony adalah seorang perantauan yang berasal dari Jawa Timur. Di tahun 70an, Sony merantau ke Lampung setamat pendidikan di pondok pesantren. 

Dalam tulisan Ki Rahmat, Pengurus DPW Pengusaha Islam Bersatu (PITU) Lampung, dalam Facebook Lampung Directory, Sony memulai usaha berdagang kain di Lampung. 

Baca Juga: Vaksinasi Massal di Diskes Lampung Timbulkan Kerumunan, Eva Dwiana Turun Tangan

Sayang usahanya ini tidak berjalan baik hingga akhirnya bangkrut. Di tengah keterpurukan, Sony berjumpa dengan pemilik warung makanan Padang. Ia ditawarkan bekerja sebagai pencuci piring. 

Sony menerima tawaran tersebut. Sebagai lulusan pesantren, Sony orang yang rajin ibadah. Ia sering salat berjemaah di musala di sela kerjanya. 

Sony lalu berjumpa dengan imam di musala itu. Sang imam menawarkan Sony bekerja membantunya berdagang bakso. Sony menerima tawaran itu. 

Sony awalnya bekerja sebagai pedagang bakso keliling. Setelah memiliki modal cukup, Sony memutuskan membuka sendiri usaha bakso dengan membuat resep buatannya sendiri. 

Dikutip dari https://logytex.blogspot.com/2016/04/bakso-sony-bakso-yang-bikin-ketagihan.html, Sony membuka kios di depan Masjid Al Abror, Bandar Lampung. 

Lama kelamaan usahanya makin berkembang. Hingga akhirnya Sony membuka kios Bakso Sony di Jalan Wolter Monginsidi, Bandar Lampung. Tempat itu menjadi pusat gerai Bakso Sony di Bandar Lampung. 

Makin berkembang, Sony memutuskan membuka gerainya di berbagai tempat. Hingga kini tercatat Bakso Sony sudah membuka 18 gerai di Bandar Lampung. Bahkan di luar Bandar Lampung juga kini sudah ada gerai Bakso Sony. 

Ekspansi Bakso Sony bahkan sampai ke luar Lampung. Untuk mendapatkan kualitas bakso yang maksimal, Sony sampai membeli mesin pengolah bakso dari Jerman seharga Rp2 miliar. 

Sony juga membuka peternakan sapi sendiri untuk memasok daging sapi bagi usaha baksonya. Dalam sehari, Sony menyembelih lebih kurang 10 sapi untuk memasok daging sapi bagi usaha Bakso Sony. 

Load More