Scroll untuk membaca artikel
Wakos Reza Gautama
Selasa, 02 Maret 2021 | 07:20 WIB
Ilustrasi Gus Baha. Gus Baha mengungkap kisah pemabuk yang dicintai Rasulullah SAW. (Nu.or.id)

SuaraLampung.id - Keputusan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengizinkan investasi industri minuman keras di empat provinsi menuai penolakan dari ormas dan partai Islam. 

Dua ormas Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah secara tegas menolak kebijakan pemerintah mengizinkan investasi industri miras di Indonesia. 

Partai Islam seperti PKS dan PPP yang merupakan partai pendukung pemerintah pun menolak aturan tersebut.  Aturan yang dimaksud adalah Perpres Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang diteken kepala negara pada 2 Februari 2021. Aturan itu merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

Empat provinsi yang dimaksud tersebut antara lain Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. "Persyaratan, untuk penanaman modal baru dapat dilakukan pada provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua dengan memperhatikan budaya dan kearifan setempat," demikian bunyi pada lampiran III perpres soal miras tersebut.

Baca Juga: Nonton Sinetron, Cara Gus Baha Melawan Godaan Setan

Dalam Islam minuman keras diharamkan. Namun siapa sangka, Rasulullah SAW pernah mencintai sahabatnya yang merupakan seorang pemabuk

Nama sahabat itu adalah Nu'aiman. Kisah Nu'aim ini menurut pendakwah Gus Baha jarang diceritakan para kiai. Menurut Gus Baha, kisah tentang Nu'aiman ini dikonfirmasi dalam kitab Ihya Ulumuddin dan dibenarkan banyak perawi hadis. 

Menurut Gus Baha, Nu'aiman adalah sahabat Nabi Muhammad SAW paling lucu. "Sahabat paling lucu dan paling membuat Nabi SAW senang itu bernama Nu'aiman," kata Gus Baha. 

Nu'aiman adalah seorang pengangguran. Kerjaannya tiap pagi jalan. Namun Nu'aiman punya kebiasaan buruk. Yaitu mabuk. "Kesukaannya itu mabuk. Mabuk beneran. Tapi bukan pengedar ganja," ujar Gus Baha dilansir dari YouTube Santri Gayeng berjudul "Gus Baha: Tukang Minum yang Dicintai Rasulullah | Terjemah Indonesia".

Tiap Nu'aiman mabuk selalu dihukum Nabi Muhammad SAW. Pernah suatu saat Nu'aiman meminta seorang pedagang makanan mengantar makanan ke Nabi SAW yang sedang ada di pasar. 

Baca Juga: Gus Baha: Anjing Tidak Najis di Semua Periode Islam

Pedagang itu pun mengantar makanannya ke Nabi Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW adalah orang baik hati, ia mengajak serta Nu'aiman makan bersamanya. 

Selesai makan, Nu'aiman meminta Rasulullah SAW membayar makanannya. Sementara Rasulullah SAW mengira makanan itu traktiran Nu'aiman. 

"Bukanlah. Anda (Nabi SAW) harus bayar. Masa rakyat jelata traktir seorang tokoh," jawab Nu'aiman sebagaimana diceritakan Gus Baha.  Akhirnya Nabi Muhammad membayar makanan itu. Menurut Gus Baha, peristiwa ini terjadi berkali-kali. 

Gus Baha mengatakan, hadis tentang Nu'aiman ini merupakan berita gembira. "Makanya orang alim sering berkawan dengan orang fasik," ujarnya. 

Perilaku mabuk Nu'aiman ini bukan tidak diketahui Nabi Muhammad SAW. Menurut Gus Baha, Nabi Muhammad SAW menghukum Nu'aiman dengan 40-60 kali cambukan karena perbuatan mabuknya. 

Gus Baha mengatakan, ada yang harus diingat dan dijelaskan dalam hadis Bukhari. Yaitu ketika Nu'aiman dihujat para sahabat. "Kau ini sahabatnya Nabi SAW, tapi tak tahu malu mabuk di hadapan beliau," kata para sahabat ke Nu'aiman. 

Sahabat lalu melaknat dan memaki-maki Nu'aiman karena perbuatannya sering mabuk ketika bertemu Rasulullah SAW. Akan tetapi, kata Gus Baha, Nabi Muhammad SAW malah membela Nu'aiman. 

"Kalian jangan senang menghujat Nu'aiman karena dia cinta Allah dan Rasul-Nya," sabda Nabi Muhammad SAW sebagaimana diceritakan Gus Baha. 

Dalam Syarah Bukhari di Kitab Fath Al-Bari karangan Ibnu Hajar Al Asqalani, ujar Gus Baha, tertulis "Tidak termasuk syarat cinta Allah dan Rasul, harus terbebas dari semua dosa".

"Buktinya Nu'aiman yang mabuk di depan Nabi SAW dan Nabi SAW mengetahui kesalahan itu, namun Nabi SAW menyebut Nu'aiman sebagai orang yang mencintai Allah dan Rasul," ucap Gus Baha. 

Gus Baha pun mengingatkan orang-orang yang berlebihan dalam beragama bahwa banyak orang-orang nakal yang mencintai Allah dan Rasul. 

Gus Baha mencontohkan tukang zina jika disuruh memilih mencium tangan germo atau mencium tangan kiai maka akan memilih mencium tangan kiai. Ini karena mereka masih memiliki nurani untuk menilai mana yang benar dan salah. 

"Logikanya kan pezina akan lebih memilih mencium tangan germo karena mencarikannya uang, sementara kiai kan jadi penghalang (moral). Tapi manusia itu kalah dengan nuraninya. Pezina tidak mungkin mencium tangan germonya tapi bakal mencium tangan kiai. Padahal kiai itu problem moral baginya," jelas Gus Baha. 

Maka itu Gus Baha meyakinkan bahwa nurani manusia tidak bisa dimatikan. Menurutnya, fatwa ini memang tidak lazim di dunia orang-orang soleh yang tidak mengaji. Tapi di lingkaran ulama mengaji, lanjut Gus Baha, fatwa seperti ini lazim. 

Menurut Gus Baha, dunia orang soleh yang tidak mengaji itu bikin repot karena orang harus steril dari dosa untuk mencintai Allah. Kata Gus Baha di kalangan orang-orang seperti itu banyak beredar kalimat "Cinta kok melanggar syariatnya? Cinta macam apa".

Menurut Gus Baha mencintai itu tanpa syarat. "Allah lebih layak dicintai. Dan yang mencintai Allah boleh siapa saja. Ini yang paling sulit di dunia ulama," ujar Gus Baha. 

"Imam Ibnu Hajar bilang bersih dari dosa bukanlah syarat mencintai Allah karena buktinya Nu'aiman mabuk dan Rasulullah SAW tahu itu. Jika Rasulullah SAW tidak tahu, orang bisa mentakwil hukum ketidaktahuan Nabi SAW tentang kemaksiatan itu. Sehingga Nu'aiman disebut sebagai orang yang mencintai Allah dan Rasul," terang Gus Baha. 

"Dan Rasul SAW tahu betul perilaku Nu'aiman itu. Lha wong sering ditipu bahkan berkali-kali. Nabi SAW kerap ditipu (Nu'aiman) tapi Nabi SAW hanya senyum," lanjut Gus Baha. 

Nabi SAW pun sampai bersabda "Aku itu belum pernah dibuat gembira orang seperti Nu'aiman membuatku gembira". Menurut Gus Baha, orang mabuk seperti Nu'aiman itu omongannya tidak sopan jadi kalau guyon dengan Nabi SAW vulgar.  

Load More