SuaraLampung.id - Melimpahnya produk turunan komoditas lokal di Provinsi Lampung menjadi potensi baru bagi UMKM untuk melakukan ekspor.
Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandarlampung Donni Muksydayan mengatakan banyak produk turunan komoditas lokal di Lampung yang mampu dikembangkan untuk masuk pasar ekspor.
Buktinya beberapa waktu lalu telah produk turunan komoditas lokal yang masuk pasar ekspor yakni produk keripik talas, pisang, dan singkong.
"Beberapa waktu lalu ada ekspor produk turunan asal Lampung yaitu berupa keripik talas, pisang, singkong sebanyak 4,5 ton, dan saat ini masih ada juga yang masih proses purchase order," kata Donni.
Baca Juga:Uji Emisi Kendaraan di Lampung Dilaksanakan Akhir November
Sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor produk keripik pisang, talas, singkong asal Lampung itu yakni menuju China, Kanada, dan Malaysia.
Di Kanada dan China, ada permintaan phytosanitary untuk produk olahan pisang, talas, singkong. Ini artinya, kata Donni, produk bisa dikembangkan sebagai nilai tambah dari komoditas lokal Lampung.
Selain produk keripik ujar Donni, ada pula tapioka, hingga biji kopi sangrai yang telah diekspor ke beberapa negara.
Ia menyebut di Tanggamus sudah ada ekspor biji kopi sangrai, jadi bukan biji mentah lagi. Ekspor ini rutin berjalan sejak bulan lalu sekitar 250 kilogram biji kopi sangrai.
"Harapannya produk seperti ini harus terus dikembangkan jadi tidak terpaku pada ekspor biji kopi mentah saja," tambahnya.
Baca Juga:Dipimpin Mantan Kapolda, Berikut Daftar TPD Ganjar-Mahfud di Lampung
Selain itu ada juga potensi ekspor produk lain seperti cokelat, cabai jawa, manggis dan berbagai hasil pertanian hortikultura.
Donni mengatakan, manggis dari Tanggamus juga berpotensi besar menjadi komoditas ekspor sebab awal tahun ekspor perdana sudah terlaksana.
"Lalu untuk rempah-rempah ada cabai jawa yang ekspornya baru 20 ton ini masih sedikit sekali, dan petani sedang kami latih agar bisa memenuhi standar ekspor," ujar dia.
Untuk cabai jawa asal Lampung kata Donni, saat ini banyak memperoleh permintaan dari pasar Eropa Timur, untuk pemenuhan konsumsi menjelang musim dingin.
"Harapannya selain ekspor bahan mentah dari komoditas pertanian, Lampung bisa memperkuat ekspor produk turunan dan buah-buahan. Oleh karena itu upaya pendampingan kepada petani dan UMKM, serta mempermudah proses pengurusan administrasi ekspor terus dilakukan," ujarnya.
Diketahui untuk jumlah ekspor sejumlah komoditas asal Lampung meliputi untuk rempah-rempah jenis pinang pada 2022 memiliki frekuensi ekspor sembilan kali, dengan volume 580.640 kilogram, dan nilai barang Rp10,3 miliar.
Lalu produk pisang mas hasil kolaborasi Koperasi Produsen Tani Hijau Makmur dengan PT Great Giant Pineapple sebanyak 20,02 ton tujuan ekspor ke Oman dengan nilai barang sebesar Rp226.400.000 dan 5,74 ton tujuan Singapura dengan nilai barang Rp88.900.000.
Kemudian ekspor nanas segar menuju Cina sebanyak 4.176 ton degan nilai Rp39,8 miliar. Produk lada putih hasil kolaborasi UMKM perorangan dengan PT Putra Bali Adya Mulia sebanyak 15 ton dengan negara tujuan ekspor Taiwan, nilai barang sebesar Rp1.413.000.000. (ANTARA)