Sosok Mayor Sabarudin, Tentara Paling Brutal dalam Sejarah Republik

Mayor Sabarudin dikenal sebagai tentara paling brutal dalam sejarah Republik ini.

Wakos Reza Gautama
Senin, 11 September 2023 | 07:05 WIB
Sosok Mayor Sabarudin, Tentara Paling Brutal dalam Sejarah Republik
Ilustrasi tentara. Kisah tentara paling brutal dalam sejarah RI. [Shutterstock]

SuaraLampung.id - Beberapa waktu lalu heboh tiga oknum TNI menculik dan menyiksa warga sipil secara sadis hingga meninggal dunia. Ketiga tentara itu kini telah ditangkap dan ditahan Polisi Militer Kodam Jaya.

Aksi tiga anggota TNI ini terbilang sadis sebab mereka mengirim video penyiksaan korban Imam Masykur ke keluarganya sambil meminta tebusan uang Rp50 juta.

Dalam sejarah Republik ini, pernah tercatat ada seorang tentara yang dikenal paling brutal.  Dia adalah Mayor Sabarudin. Julukannya adalah macan Sidoarjo.

Sabarudin memiliki pasukan yang loyal. Ini dikarenakan Sabarudin mampu memenuhi kebutuhan para prajuritnya. Batalyon Sabarudin pernah dibubarkan dua kali dan dilucuti senjatanya. Namun dalam waktu singkat, ia mampu kembali membangun pasukannya.

Baca Juga:Festifal Wakare: Perlawanan Kultural dan Tonggak Sejarah Warga Majalengka

Mayor Sabarudin dikenal sebagai tentara paling brutal dalam sejarah Republik ini. Waktu itu Sabarudin memang ditakuti para tentara Indonesia. Wajahnya menakutkan orang yang melihatnya.

Sabarudin adalah sosok tentara yang tidak menganggap sama sekali pimpinannya Jenderal Besar Sudirman dan Letjen Oerip. Sabarudin dengan seenaknya saja keluar masuk Mabes TNI. Sampai-sampai tak ada satupun petinggi TNI yang berani menegurnya.

Bahkan sekelas Panglima Jenderal Sudirman dan Letjen Oerip Sumoharjo hanya diam melihat tingkah Sabarudin.

Kekejamannya tergambar dalam buku yang berjudul Petualangan Mayor Sabarudin Rekam Jejak Brutal Perwira Pejuang 1945-1950. Sabarudin pernah mengeksekusi mantan komandannya di Peta bernama Suryo.

Sabarudin menangkap Suryo dengan tuduhan antek Belanda. Sebagai bukti, Sabarudin menunjukkan foto Suryo saat bersalaman dengan Ratu Wilhelmina.

Baca Juga:Anggota Paspampres Diduga Culik dan Bunuh Pemuda Aceh, Kok Bisa Ada Orang Brutal Banget?

Sabarudin membawa Suryo ke tengah alun-alun Sidoarjo. Ia menembak Suryo menggunakan pistol. Sedang dua anak buahnya menebas kepala dan pundak Suryo memakai pedang samurai.

Kekejian itu disaksikan warga setempat. Ternyata Sabarudin menyimpan dendam terhadap Suryo. Dendam ini disimpan Sabarudin saat ia masih menjadi juru tulis di kantor Kabupaten Sidoarjo.

Saat itu Suryo adalah atasannya. Mereka terlibat persaingan memperebutkan cinta putri Bupati. Sang wanita ternyata lebih memilih Suryo yang memiliki pendidikan lebih tinggi dari Sabarudin.

Dari situlah Sabarudin sakit hati dan dendam terhadap Suryo. Sayangnya perbuatan Sabarudin ini tidak diproses hukum.

Tidak ada satupun petugas berwenang yang berani menegur apalagi menghukum Sabarudin.  Kasus pembunuhan Suryo ini berlalu begitu saja tanpa ada proses hukum.

Zainal Sabarudin Nasution lahir di Kotaraja, Aceh, tahun 1922. Biarpun lahir di Aceh, Sabarudin menghabiskan masa hidupnya di Sidoarjo, Jawa Timur.  Sabarudin kecil adalah sosok pemuda pemalu dan penakut.

Saat Jepang menjajah Indonesia, Sabarudin masuk dalam tentara Pembela Tanah Air (Peta). Sabarudin mendapat pelatihan milter di Bogor.

Setelah ikut pelatihan militer inilah, perangai Sabarudin berubah. Dia yang tadinya pemalu dan penakut berubah menjadi lelaki pemberani yang brutal dan kejam.

Sayangnya, keberanian Sabarudin ini tidak ia tujukan kepada pasukan penjajah. Sabarudin justru garang terhadap rekan seperjuanganya di TNI dan kepada masyarakat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Terkini