SuaraLampung.id - Dampak merebaknya penyakit mulut dan kaki (PMK) membuat peternak sapi di Lampung Timur kesulitan menjual hewan ternaknya.
Wawan (42), peternak sapi di Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur, mengatakan sejak adanya PMK beberapa bulan lalu harga sapi mengalami penurunan drastis.
Selain harga penjualan sapi menurun, dampak adanya PMK menurut Wawan adalah sulitnya menjual sapi.
Sebelum PMK merebak, cerita Wawan, setiap musim hajatan, sapi miliknya laku keras. Namun sejak PMK merebak, itu tidak lagi berlaku.
Baca Juga:Copot Kapolda Jatim dan Tetapkan Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan, Menko PMK: Sangat Melegakan
"Harga itu umpama satu ekor sapi Rp15 juta, sekarang harga Rp10 juta saja berat lakunya, dan juga penjualannya susah," kata Wawan.
Kata dia sebelum adanya PMK petani bisa menjual dalam bentuk daging sesuai dengan pesanan pembeli.
Namun sekarang pembeli harus melihat kondisi sapi dan penawarannya cukup murah dengan alasan PMK, yang membuat petani kesusahan menjual sapi ke luar daerah.
Untuk menghindari PMK, Wawan yang memiliki tiga ekor sapi terus menerapkan kebersihan dan jamu tradisional untuk menjaga kesehatan sapi miliknya.
"Dua hari sekali saya memberi jamu yang saya buat, jamunya dari gula merah dan asam Jawa dicampur air lalu diminumkan," kata dia.
Baca Juga:Australia Sempat Panik, Apakah Ancaman PMK dari Indonesia Kini Sudah Lewat?
Sementara itu, Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Timur melakukan vaksinasi pada ternak sapi di Desa Taman Endah, Kecamatan Purbolinggo, Selasa (11/10/2022).
Petugas Dinas Peternakan Kecamatan Purbolinggo Danil Admeri mengatakan, telah melekukan vaksinasi sapi milik warga dengan jumlah dosis sebanyak 350.
"Sebanyak 350 dosis untuk sapi sebagai penangkal PMK hari ini harus kami habiskan, dan tempat vaksin kami lakukan di Kecamatan Purbolinggo," kata Danil.
Kontributor : Agus Susanto