SuaraLampung.id - Tim gabungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat bersama BKSDA Bengkulu SKW III Lampung, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Batutegi, dan Yayasan IAR Indonesia (YIARI) melepasliarkan enam individu kukang sumatera (Nycticebus coucang).
Enam kukang Sumatera itu dilepasliarkan di Kawasan Hutan KPHL Batutegi Blok Way Rilau Resor Way Sekampung, Tanggamus, Lampung, Senin (25/7/2022).
Keenam kukang sumatera tersebut berjenis kelamin betina sebanyak 3 ekor yaitu Bernama Tigan, Murphy, dan Anjay, dan jantan sebanyak 3 ekor yaitu bernama Sukhoi, Lulu, dan Terserah.
Tigan adalah kukang serahan dari BBKSDA Jawa Barat pada November 2021, sedangkan Murphy serahan dari BBKSDA Jawa Timur pada bulan dan tahun yang sama.
Baca Juga:Renjun, Chenle, dan WayV Ditunjuk Jadi Duta Perlindungan Satwa Liar Tibet
Keduanya merupakan kukang yang diselamatkan dari kasus pemeliharaan ilegal satwa liar dilindungi oleh warga.
Lulu adalah kukang yang diselamatkan oleh BBKSDA Jawa Barat SKW I Serang dari perdagangan satwa liar ilegal pada November 2013.
Ketiganya dititiprawatkan di pusat rehabilitasi satwa Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat untuk menjalani penanganan medis dan proses rehabilitasi sebelum dikembalikan lagi ke habitat aslinya.
Ketiga kukang lainnya, Anjay, Sukhoi, dan Terserah merupakan kukang sumatera yang direhabilitasi sejak bayi di pusat rehabilitasi satwa Yayasan IAR Indonesia Ciapus, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sukhoi mulai dirawat sejak 14 Mei 2012. Kemudian, Anjay dan Terserah masing-masing mulai dirawat sejak 9 Juni 2020 dan 14 Maret 2021.
Baca Juga:Petualangan Alan dan Profesor Apta: Menjelajah Bumi, Mengenali Aneka Satwa Unik
Lokasi area pelepasliaran enam kukang sumatera ini ditetapkan setelah melalui proses survei.
Kawasan Hutan KPHL Batutegi dinilai memenuhi persyaratan yang diperlukan seperti karakteristik habitat, yaitu berupa hutan campuran, hutan dataran rendah dengan gugus perbukitan yang mempunyai struktur dan komposisi yang beragam.
Kawasan yang berada pada ketinggian 200 – 1700 m dpl ini memiliki ketersediaan pakan melimpah, seperti tumbuhan kaliandra merah (Calliandra calothyrsus), tepus (Hornstedtia megalochelius), meranti (Shorea ssp.), suren (Toona sureni), dan tumbuhan herba lainnya serta serangga, reptil dan burung kecil yang juga merupakan pakan kukang.
Kondisi populasi kukang sumatera yang stabil dan sering dijumpai di kawasan ini, ditambah tingkat ancaman dan gangguan yang rendah, serta kondisi sosial budaya masyarakat yang tinggal berbatasan dengan kawasan tersebut sudah memiliki kesadaran mengenai pentingnya menjaga kukang menjadikan kawasan ini ditetapkan sebagai lokasi yang tepat untuk pelepasliaran.
Jarak yang ditempuh menuju lokasi ±27 kilometer dari Batutegi dengan transportasi darat, dilanjutkan dengan perahu lalu berjalan kaki.
Kegiatan ini diawali dengan membangun kandang habituasi yang berfungsi sebagai sarana adaptasi bagi kukang di lokasi baru.
Proses habituasi dilakukan selama satu minggu, dengan mengamati perilaku dan kesehatan keenam kukang tersebut. Apabila dinilai baik dalam beradaptasi dilingkungan barunya, maka dapat dilepasliarkan dari kandang habituasi ke alam bebas.
Kepala Balai BBKSDA Jawa Barat berharap satwa ini akan beradaptasi dengan baik di habitatnya di Kawasan Hutan Lindung Batutegi serta berkembangbiak di masa depan.
Direktur Program YIARI, Karmele Llano Sanchez juga berharap dengan pelepasliaran kukang sumatera ini ke habitatnya bisa terus menjaga alam dan terutama hutan supaya makin banyak rumah tempat satwa-satwa liar itu bisa kembali pulang.
"Dukungan dari pemerintah, terutama dalam hal ini pihak BBKSDA Jawa Barat, BKSDA Bengkulu dan KPH Batutegi Lampung sangat kami apresiasi dan semoga makin banyak pihak-pihak pemerintah dan masyarakat bisa terlibat dalam kegiatan semacam ini," ujarnya melalui siaran pers.