Ada dua cara yang biasa dipakai pemburu yaitu menembak dan memasang jerat.
Untuk pemasangan jerat bisa dilakukan kapanpun. Pemasangan jerat dilakukan di lokasi yang sering dilalui satwa seperti babi, rusa dan menjangan. Jejak perlintasan dan kotoran satwa ciri paling mudah untuk menentukan pemasangan jerat.
"Bisa saya bedakan, ini sering dilintasi babi, rusa dan menjangan, yaitu dari bekas tapak kaki dan kotorannya," kata KM.
KM mengaku, bisa memasang jerat sampai 100 titik. Hasil tangkapan yang paling banyak hingga 23 ekor rusa. Harga dagingnya jika dijual langsung ke perorangan mencapai Rp65 ribu per kilogram,. Jika dijual ke pengepul hanya Rp50 ribu per kilogram.
Baca Juga:Penampakan Harimau Resahkan Warga Bengkalis, BBKSDA: Tolong Jangan Pasang Jerat
Sementara kalau untuk babi, KM dan rekannya menjual seharga Rp300 ribu per ekor untuk ukuran dewasa. Biasanya babi pesanan dari orang orang tertentu.
"Menjelang Idul Fitri, panen kami. Satu orangnya bisa dapat Rp5 juta dalam kurun waktu 15 hari sebelum Idul Fitri," kata KM.
KM yang memiliki pengalaman berburu dalam hutan TNWK sejak 2001 itu mengakui, jerat merupakan alat pembunuh segala jenis satwa dan cara ini yang paling digunakan pelaku.
"Kalau jerat, bisa ngena rusa, menjangan, harimau, babi, beruang, dan sejenisnya. Kalau gajah belalainya yang bisa terjerat kalau kaki tidak bisa karena besar begitu juga badak kakinya besar," terang KM.
Populasi Harimau Sumatera Di TNWK Tinggal 4 Ekor
Baca Juga:Dua Ekor Lembu di Karo Diduga Diterkam Harimau, 1 di Antaranya Mati di Tempat
Koordinator Spesies Harimau Balai TNWK Dedi Iskandar mengakui populasi harimau sumatera di hutan TNWK hanya tinggal 4 ekor.
Data ini didapat dari pemantauan keberadaan harimau menggunakan kamera trap yang dipasang di setiap sudut hutan yang biasa untuk singgah harimau.
"Data tahun 1998 populasi harimau di hutan TNWK masih mencapai 38 ekor. Setelah dilakukan penelitian kembali pada 2022 ini keberadaan harimau hanya tinggal 4 ekor," ujar Dedi.
Dedi Iskandar mengatakan, penyebab dari punahnya harimau yaitu masih maraknya kegiatan ilegal dalam hutan TNWK.
Meskipun selama dirinya bertugas di Balai TNWK belum menemukan bangkai harimau, namun maraknya perburuan liar dalam hutan salah satu faktor yang bisa membuat punahnya harimau.
"Perburuan masih banyak, tidak menutup kemungkinan ada harimau yang tertangkap pemburu, dan selain itu perburuan satwa lain seperti menjangan, rusa dan babi itu juga berdampak pada harimau karena tiga satwa itu makanan utama harimau," jelas Dedi Iskandar.