Setelah berhenti sekitar 25 menit, KM dan dua temannya melanjutkan perjalanan menuju lokasi jebakan jerat yang dipasang.
"Kalau 25 menit masih meraung jelas berarti dalam kondisi terjebak, tapi kalau meraungnya perlahan hilang berarti macan itu dalam kondisi leluasa," cerita KM.
Sambil berjalan mengendap, mata ketiga pemburu liar terbelalak melihat seekor harimau meronta melawan sakit berupaya lepas dari jeratan seling.
"Waduh sayang macan kumbang, bukan gembong (Macan loreng), kalau gembong banyak duitnya," keluh KM dengan rekannya.
Baca Juga:Penampakan Harimau Resahkan Warga Bengkalis, BBKSDA: Tolong Jangan Pasang Jerat
Tampak di hadapan mereka macan berwarna hitam legam dengan ekor panjang. Kedua matanya menatap tajam seolah hendak menerkam ketiga pemburu yang mendekat.
Namun macan kumbang itu tidak ada daya. Salah satu kakinya terjerat seutas seling yang kokoh. Darah menetes dari kaki belakang sebelah kanan, namun raungan macan kumbang itu terus menggema.
Dengan cepat ketiga pemburu mengeksekusi macan kumbang yang malang. KM dan rekannya hanya membawa dua taring macan kumbang.
"Waktu itu yang kami bawa cuma taringnya. Satu taring dihargai Rp2,5 juta. Tapi kalau yang tertangkap macan loreng bisa puluhan juta satu taring," cerita KM.
Dua Cara Memburu di TNWK
Baca Juga:Dua Ekor Lembu di Karo Diduga Diterkam Harimau, 1 di Antaranya Mati di Tempat
Selama berburu di hutan TNWK, KM mengaku paling sering dapat babi, rusa dan menjangan. KM mengaku tak pernah mendapat macan loreng atau harimau sumatera selama 20 tahun berburu di TNWK.