SuaraLampung.id - Sumatera Barat (Sumbar) merupakan salah satu provinsi yang paling sulit ditembus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Dalam tiga Pemilu terakhir, kursi yang diraih PDIP di Sumbar sangat sedikit bahkan di Pemilu 2019 tak mendapat kursi sama sekali di DPR.
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri sendiri sempat heran mengapa PDIP kurang disukai di Sumbar.
Berkaca pada fenomena itu, Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyampaikan pesan ketua umum Megawati Soekarnoputri saat konsolidasi kader partai se-Sumatera Barat, di kantor DPD PDIP Sumatera Barat, di Kota Padang, Sabtu (2/7/2022) malam.
Baca Juga:Hasto Sebut Sumbar Dirancang Soekarno Sebagai Pintu Gerbang Kemajuan Indonesia di Samudera Hindia
Ratusan pengurus dan kader PDIP Sumbar dipimpin ketuanya Alex Indra Lukman. Hadir juga kader PDIP yang juga Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan.
"Sebelum berangkat ke sini, saya tadi menghadap ke Bu Mega. Bu Mega sampaikan salam kepada saudara sekalian, seluruh kader PDI Perjuangan di Sumatera Barat, dari pengurus DPD, DPC, ranting, hingga satgas partai," kata Hasto dalam siaran persnya yang diterima, di Jakarta, Minggu (3/7/2022).
Megawati menyampaikan bahwa semua kader pasti mengalami banyak tantangan di Sumatera Barat ini.
"Tapi Ibu Mega bilang anda tak sendiri. Karena kita adalah kesatuan kekuatan kebangsaan yang menyatu dari Aceh hingga Papua, menyatu di bawah panji-panji Nasionalis Soekarnois yang menjadikan rakyat sebagai inti kekuatan Partai," ujarnya.
Hasto lalu mengatakan bahwa semua pemimpin lahir dari proses ujian. Termasuk para kader partai. Bahkan sebagai bangsa, Indonesia mengalami gemblengan dan ditempa oleh revolusi.
Baca Juga:Sulitkan Warga, Kenneth PDIP Minta Anies Pikir Ulang Rencana Perubahan Nama Jalan Gelombang Dua
"Bung Karno dan Bung Hatta saja dibuang di masa penjajahan. Namun ketika mengalami hambatan, pemimpin takkan pernah hilang api perjuangannya," tuturnya.
Hasto lalu memberi teladan dari Bung Karno, bagaimana saat pembuangan di Bengkulu, mengalami bagaimana susahnya kultur yang ada. Namun Bung Karno tak berhenti dan akhirnya memenangkan hati rakyat.
"Apa yang dilakukan Bung Karno dan Bung Hatta adalah kualitas seorang pemimpin yang tak berhenti bergerak di tengah kondisi apapun," kata Hasto.
Hasto juga menceritakan teladan kerja keras dari Ketua Umum Megawati. Di jaman Orde Baru, Megawati bergerak ke rakyat di bawah intaian mata-mata rezim.
"Layaknya tower telepon, apa yang dilakukan Bu Mega dengan keliling Indonesia melantik koordinator kecamatan, bagaikan memasang banyak tower signal. Hampir di seluruh Indonesia. Sehingga akhirnya di 1999 menjadi parpol pemenang pemilu," ujarnya.
Dan intinya, sama seperti yang dilakukan Soekarno dan Megawati, kata Hasto, berpolitik itu adalah bergerak ke rakyat bukan ke elite.
Menurut dia, kader PDIP harus mencari ide-ide baru untuk menembus barrier untuk semakin dekat dengan rakyat.
"Idea over opinion. Itu yang pertama," ujarnya.
Kedua adalah imajinasi yang inheren (berhubungan erat) dengan kepentingan partai.
Ketiga adalah spirit juang. Kata Hasto, untuk mencapai ide dan imajinasi itu, harus dengan spirit juang untuk mencapai tahapan-tahapan yang menang harus dilewati.
Dia menambahkan, spirit akan melahirkan tekad yang akan melahirkan tindakan strategis.
Tanpa anda sadari, kalau itu anda lakukan, maka anda akan mencapainya, ucap Hasto.
"Kenali kondisi masyarakat Sumatera Barat dengan tradisi Islam yang begitu kuat. Pahami itu dan bergerak ke bawah, dan selami kehidupan rakyat. Ketika semua dilakukan dengan niat baik, maka rakyat pasti akan menerima kita. Dengan pergerakan seperti itu, Partai meyakini bisa memenangkan pemilu tiga kali berturut-turut. Kekuatan kita kalau disatukan akan menjadi kekuatan dahsyat," paparnya. (ANTARA)