Hasil Tangkapan Merosot 50 Persen, Pengusaha Rajungan Ngadu ke Dewan

"Maka saya menyiasati tidak hanya mengirim daging rajungan tapi sekarang saya juga menjual rajungan mentah, agar usaha kami tidak tutup,

Tasmalinda
Minggu, 03 Juli 2022 | 11:58 WIB
Hasil Tangkapan Merosot 50 Persen, Pengusaha Rajungan Ngadu ke Dewan
Pekerja pengupas rajungan di Pesisir Labuhan Maringgai, Lampung Timur. Sedang melakukan aktivitasnya. [Suara.com/Agus Susanto]

SuaraLampung.id - Harga rajungan yang merosot hingga 55 persen dan hasil tangkap rajungan hingga 45 persen 40 persen, menjadi persoalan yang disampaikan kepada nelayan pesisir Kecamatan Labuhan Maringgai di hadapan anggota DPR RI Komisi IV dan Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan.

"Persoalan alat tangkap trol menjadi penyebab menurunnya hasil tangkap rajungan, kami sebagai nelayan tradisional mohon kepada pihak berwenang agar menindak tegas keberadaan trol yang ada di wilayah Laut Labuhan Maringgai," ungkap Hasan Ubaidilah, di hadapan Anggota DPR RI Komisi IV dan Direktur Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Sabtu (2/7/2022) sore di Balai Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung Timur.

Ubaidilah mengaskan hasil tangkap rajungan sudah terjadi sejak tiga tahun terakhir menurun mencapai 40 persen, nelayan tersebut memberikan penjelasan dalam satu hari bisa mendapat 10 kilo rajungan. Saat ini nelayan dengan alat tangkap tradisional untuk mendapat 5 kilo rajungan sangat berat.

"Jika tetap ada pembiaran dari instansi terkait, atas maraknya nelayan trol yang bebas beroperasi maka kondisi laut Labuhan Maringgai dalam jangka waktu yang panjang akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan satwa laut".Kata dia.

Baca Juga:Di Sumsel Tak Ditemukan Historis Ganja Untuk Pangan, Sebagai Obat Lebih Mengenal Candu

Pengusaha pedaging rajungan, Yanti mengaku penurunan harga rajungan super dari nelayan biasanya 110 ribu saat ini cuma 47 ribu per kilo, anjloknya harga rajungan kata dia, sudah berjalan sejak Mei 2022. 

"Memang benar kami beri dari nelayan murah tapi kami jual k perusahaan juga murah bahkan sekarang perusahaan tempat kami bermitra selain membeli murah juga mengurangi kuota pembelian entah apa alasan nya kami tidak tau," ucap Yanti.

Dengan fenomena anjloknya harga rajungan hingga 50 persen, Yanti sebagai pengusaha pedaging rajungan mengurangi penjualan ke perusahaan.

Solusi yang diambil Yanti menjual rajungan mentah ke wilayah Bangka Belitung, hal itu di lakukan untuk agar dirinya tetap bisa melakukan usaha dan tidak menutup usahanya secara total.

Yanti menutup total usahanya bukan dirinya yang mengalami kerugian karena kehilangan usahanya, namun juga berdampak pada puluhan pekerja di tempatnya, seperti para pekerja pengupas rajungan, dan pekerja perebus rajungan.

Baca Juga:Tata Niaga Bokar di Sumsel Picu Monopoli, KPPU: Dikendalikan Asosiasi

"Maka saya menyiasati tidak hanya mengirim daging rajungan tapi sekarang saya juga menjual rajungan mentah, agar usaha kami tidak tutup,"terang Yanti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini