Benarkah Jus Jambu Ampuh Meningkatkan Trombosit? Ini Jawaban Ahli

Apakah benar anggapan mengenai keampuhan jus jambu dalam meningkatkan kadar trombosit?

Wakos Reza Gautama
Jum'at, 01 Juli 2022 | 07:15 WIB
Benarkah Jus Jambu Ampuh Meningkatkan Trombosit? Ini Jawaban Ahli
Ilustrasi jus jambu. Jus jambu dianggap bisa meningkatkan kadar trombosit. [Sumber: Shutterstock]

SuaraLampung.id - Banyak orang percaya meminum jus jambu ampuh menaikkan kadar trombosit yang turun akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Apakah benar anggapan masyarakat selama ini mengenai keampuhan jus jambu dalam meningkatkan kadar trombosit?

Staf Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM dr. Adityo Susilo, Sp.PD-KPTI. FINASIM mengatakan jus jambu tidak dapat mengubah perjalanan penyakit DBD.

"Jus jambu, unfortunately, berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang ada itu tidak dapat mengubah perjalanan penyakit," kata Adityo dalam sebuah webinar kesehatan pada Kamis (30/6/2022).

Baca Juga:Hingga Pertengahan Juni 2022 Tercatat 137 Kasus DBD di Tanjungpinang

Adityo menjelaskan, naik turunnya trombosit saat DBD merupakan proses yang terjadi secara alami sesuai perjalanan penyakitnya.

Tapi setidaknya, kata dia, saat pasien meminum jus jambu, dia telah berusaha memenuhi kebutuhan cairan. Pasalnya, pada penderita DBD, plasma darah yang mengandung air dan nutrisi akan bocor sehingga isinya keluar dari pembuluh darah ke jaringan lain.

"Dengan mau minum, paling tidak Anda memenuhi kebutuhan cairan. Jadi sangat-sangat dipersilahkan untuk minum," ujar Adityo.

Turunnya kadar trombosit memang sering kali dialami oleh pasien yang sakit DBD. Adityo mengatakan, hal tersebut karena trombosit akan banyak terpakai untuk menyumbat daerah-daerah endotel (sel di pembuluh darah) yang mengalami pelebaran karena radang akibat virus dengue. Semakin berat peradangannya, maka semakin banyak pula trombosit yang akan terpakai.

Saat seseorang terkena DBD, Adityo mengatakan dia harus dipantau ketat terutama saat dia sedang berada dalam fase kritis, yaitu saat demam sudah menurun.

Baca Juga:Kasus DBD Periode Januari-Juni 2022 di Kabupaten Cirebon Tembus Seribu Orang

Umumnya, lanjut dia, dokter akan memastikan bahwa kebutuhan cairan di pembuluh darah pasien selalu cukup. Jika tidak, maka risiko syok akan terjadi.

"Kalau dia masih bisa minum dan makan dengan baik, lambungnya enggak terlalu sakit, silakan minum. Tapi kalau enggak ya semampunya atau kalau sudah dirawat di rumah sakit, akan diinfus," ujar Adityo.

Berikutnya, Adityo melanjutkan penderita DBD harus beristirahat dengan cukup untuk membantu mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan risiko komplikasi.

"Kemudian karena ini adalah demam, maka obat demam menjadi penting. Selain itu juga mengonsumsi obat-obatan simtomatik sesuai dengan gejalanya," ujar Adityo.

"Tentu yang berikutnya juga harus dilakukan pemantauan mulai dari tekanan darah hingga kondisi suhu tubuh, untuk menilai risiko dan memberikan tatalaksana yang lebih optimal. Terpenting lagi juga mengawasi tanda-tanda bahaya supaya bisa waspada lebih dini," pungkasnya. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini