SuaraLampung.id - Raut wajah Sarip (56) tampak mendung. Sambil menunjukkan foto wanita di dalam ponselnya, mata pria berkumis tebal itu berkaca-kaca.
Nurhayati nama wanita yang fotonya ditunjukkan Sarip. Perempuan berusia 36 tahun itu adalah anaknya yang kini berada di Arab Saudi sebagai pekerja migran Indonesia (PMI).
Sudah 17 tahun Sarip tidak pernah tahu kabar Nurhayati. Itulah yang membuat warga Desa Sriwangi, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur itu sedih.
"Bahkan kami hampir putus asa menganggap anak saya tidak akan pernah pulang lagi," tutur Sarip saat ditemui di rumahnya, Selasa (24/5/2022).
Baca Juga:16 Negara yang Dilarang Dikunjungi oleh Pemerintah Arab Saudi, Indonesia Buka Suara
Nurhayati berangkat ke Arab Saudi pada 2005. Awal di negeri seberang, Nurhayati masih rajin menghubungi keluarga di kampung halaman.
"Pada 2005 sampai 2007 sempat komunikasi tapi bisa dihitung tidak lebih dari 5 kali selama dua tahun. Kala itu menghubungi masih lewat wartel," cerita Sarip.
Setelah 2007 sampai kini Nurhayati tidak lagi menghubungi keluarganya. Ini membuat keluarga panik, berpikir yang tidak-tidak.
Keluarga berupaya mencari tahu keberadaan Nurhayati melalui media sosial dan mendatangi dukun. Namun semua sia-sia. Sarip mengaku sempat putus asa.
"Namanya kami orang awam, orang desa, dan ditambah pikiran tidak karuan sehingga sering datang ke orang pintar, minta petunjuk agar bisa menemukan keberadaan anak saya yang ada di Arab Saudi sana, minimal bisa komunikasi," kata Sarip.
Baca Juga:Stok Darah di Jogja sempat Menipis Pasca Libur Panjang, PMI Pastikan Ketersediaan Cukup Saat Ini
Tanpa diduga, Minggu (22/5/20220) kabar baik itu datang dari seorang penggiat sosial PMI Imam Nahrowi yang mengabarkan Nurhayati berada di KBRI Riyadh, Arab Saudi.
Bukan hanya kabar secara lisan, bahkan keluarga bisa melakukan kontak langsung (komunikasi) melalui aplikasi WhatsApp.
Itulah kali pertama setelah 17 tahun, Nurhayati dan keluarga bisa saling menyapa kembali.
"Jadi kami malah tidak ngobrol banyak, mulut seraya terbungkam karena semua pada nangis, selama 17 tahun tidak komunikasi, dan menganggap sudah tidak pulang lagi ke Indonesia," ucap Sarip sambil menyeka kedua matanya yang sudah berembun.
Imam Nahrowi, penggiat sosial Pekerja Migran Indonesia (PMI), mengaku mendapat informasi mengenai Nurhayati dari rekannya di Jakarta, yaitu dari Ketua Umum Garda BMI, Imam Subali.
"Saya dikontak oleh pak Imam Subali Ketua Pusat Garda BMI, mengatakan bahwa ada orang Indonesia dari Lampung Timur, saat ini sedang berada di KBRI Riyadh, dan sudah 17 tahun hilang kontak dengan keluarga," kata Imam Nahrowi menirukan ucapan Imam Subali.
Imam Nahrowi langsung menelusuri alamat yang diberikan oleh Imam Subali, yakni di Desa Sriwangi, Kecamatan Way Jepara.
Saat di konfirmasi Ketua DPP Garda Buruh Migran Indonesia (BMI) Imam Subali mengatakan, informasi adanya warga Lampung Timur yang sudah 17 tahun hilang kontak dengan keluarganya, berawal dari komunikasi Sekretaris DPW GARDA BMI Provinsi Banten yang sedang melakukan koordinasi dengan KBRI Riyadh untuk pendampingan persoalan PMI yang berasal dari Banten.
Setelah mendapat informasi dari pihak KBRI Riyadh, Saudi Arabia, bahwa ada PMI dari Lampung sudah 17 tahun di Saudi, terputus komunikasi dengan keluarganya, lalu Imam Subali meminta alamat dan data keluarga PMI tersebut (Nurhayati).
"Setelah itu kami telusuri melalui jaringan kami di Lampung. Alhamdulillah perwakilan kami di Lampung, mas Imam Nahrawi langsung turun ke lokasi beserta beberapa rekanan di wilayah dan menemukan alamat keluarga PMI tersebut, dan sudah bisa menyambungkan komunikasi antara pihak keluarga dengan mbak Nurhayati," kata Imam Subali.
Sehingga saat ini Garda BMI fokus melakukan pemrosesan kepulangan PMI bernama Nurhayati, di pastikan kata Imam Subali, Nurhayati segera pulang dan bertemu keluarga tanpa ada hambatan.
Mengenai penyebab mengapa Nurhayati tidak bisa menghubungi keluarga selama 17 tahun, Imam sendiri belum mengetahui persis.
"Satu tahap perjuangan yang sangat membahagiakan , tinggal satu langkah lagi mempertemukan langsung dengan memulangkan PMI tersebut ke Lampung agar bisa segera kumpul kembali dengan keluarga nya," tutup Imam Subali.
Kontributor : Agus Susanto