Penjelasan BMKG Mengenai Penyebab Suhu Panas di Indonesia

suhu panas di Indonesia dipengaruhi faktor klimatologis dan diamplifikasi dinamika atmosfer

Wakos Reza Gautama
Selasa, 17 Mei 2022 | 15:44 WIB
Penjelasan BMKG Mengenai Penyebab Suhu Panas di Indonesia
Ilustrasi suhu panas. Penjelasan BMKG mengenai penyebab suhu panas di Indonesia. [ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja]

SuaraLampung.id - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan suhu panas yang beberapa hari belakangan melanda daerah di Indonesia.

Menurut BMKG, suhu panas di Indonesia dipengaruhi faktor klimatologis dan diamplifikasi dinamika atmosfer skala regional dan skala meso.

Pelaksana tugas Deputi Klimatologi BMKG, Urip Haryokomenjelaskan analisis pengukuran suhu permukaan dari 92 Stasiun BMKG dalam 40 tahun terakhir menunjukkan peningkatan suhu permukaan dengan laju yang bervariasi.

Secara umum tren kenaikan suhu permukaan lebih nyata terjadi di wilayah Indonesia bagian barat dan tengah.

Baca Juga:Suhu Udara Terasa Panas, Ini Penjelasan BMKG

Pulau Sumatera bagian timur, Pulau Jawa bagian utara, Kalimantan dan Sulawesi bagian utara mengalami tren kenaikan lebih dari 0.3 per dekade.

Laju peningkatan suhu permukaan tertinggi diketahui terjadi di Stasiun Meteorologi Temindung, Kalimantan Timur (0.95 per dekade), sedangkan laju terendah terdapat di Stasiun Meteorologi Sultan Muhammad Salahuddin, Bima (0.01 per dekade).

Suhu udara permukaan di wilayah Jakarta dan sekitarnya meningkat dengan laju 0.40 - 0.47 per dekade.

"Dari analisis ini nyatalah bahwa kejadian suhu udara panas kali ini memang dipengaruhi oleh faktor klimatologis yang diamplifikasi oleh dinamika atmosfer skala regional dan skala meso, inilah yang menyebabkan udara terkesan menjadi lebih 'sumuk' dan menimbulkan pertanyaan, bahkan keresahan (selain kegerahan) publik," ujar Urip.

Urip mengatakan kejadian suhu harian yang tinggi di Indonesia sering dikaitkan sebagai akibat perubahan iklim. Pernyataan tersebut tidak salah meskipun juga tidak dapat dibenarkan sepenuhnya.

Baca Juga:Ada 14 Titik Panas di Kaltim yang Terdeteksi BMKG: Langsung Kami Sampaikan ke Kabupaten Masing-masing

Dalam setiap satuan kejadian cuaca, tidak dapat diatribusikan secara langsung ke pemanasan global atau perubahan iklim. Perubahan iklim harus dibaca dari rentetan data iklim yang panjang, tidak hanya dari satu kejadian.

Namun, tren kejadian suhu panas dapat dikaji dalam series data yang panjang, apakah terjadi perubahan polanya, baik magnitudo panasnya maupun keseringan kejadiannya.

BMKG meyakinkan bahwa kondisi ini bukan termasuk kondisi ekstrem yang membahayakan seperti gelombang panas heatwave, meskipun masyarakat tetap diimbau untuk menghindari kondisi dehidrasi dan tetap menjaga kesehatan. (ANTARA)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak