Muktamar ke-34 NU di Lampung, GP Ansor tak Dukung KH Said Aqil Siradj sebagai Ketum PBNU

GP Ansor berharap pada Muktamar ke-34 NU di Lampung adanya regenerasi posisi Ketua Umum PBNU.

Wakos Reza Gautama
Senin, 11 Oktober 2021 | 11:51 WIB
Muktamar ke-34 NU di Lampung, GP Ansor tak Dukung KH Said Aqil Siradj sebagai Ketum PBNU
Ilustrasi Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj. GP Ansor tak dukung Said Aqil Siradj sebagai Ketum PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung. [Suara.com/Arga]

SuaraLampung.id - Gerakan Pemuda (GP) Ansor berbicara mengenai suksesi kepemimpinan di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada Muktamar Ke-34 NU di Provinsi Lampung akhir Desember 2021.

GP Ansor berharap pada Muktamar ke-34 NU di Lampung adanya regenerasi posisi Ketua Umum PBNU.

Regenerasi yang dimaksud GP Ansor adalah adanya Ketum baru di PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung. 

"GP Ansor mendorong agar muktamar ke-34 nanti menghasilkan kepemimpinan baru," kata Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor Muhammad Haerul Amri dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (11/10/2021) dikutip dari ANTARA.

Baca Juga:Calon Kuat Ketum PBNU, Gus Baha Ingin Mimpin NU bukan di Dunia

Haerul mengatakan bahwa Ansor menilai NU selama ini telah berhasil membangun tradisi kepemimpinan yang sangat baik. Kader-kader muda menggantikan yang senior secara berkelanjutan.

"Ini yang perlu diteruskan karena telah menjadi tradisi yang baik," ujar Haerul.

Dikatakannya meski dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) NU tak ada pembatasan masa jabatan. Namun, demi kaderisasi dan kebutuhan zaman, K.H. Said Aqil Siroj sebaiknya memberikan ruang yang luas kepada kader di bawah.

Ia mencontohkan K.H. Hasyim Muzadi yang telah memimpin selama dua periode (1999—2010) tak bersedia dicalonkan lagi sebagai ketua umum di Muktamar Ke-32 NU di Makassar pada tahun 2010.

"Kiai Haji Hasyim menyatakan tak bersedia dicalonkan lagi antara lain karena memberi ruang kepada kader-kader muda untuk memimpin. Selain itu, beliau ingin menghargai sistem kaderisasi yang telah dibangun dengan baik di NU," kata Haerul.

Baca Juga:Unggul Survei Calon Ketum PBNU, Begini Respon KH Marzuki Mustamar

Bahwa K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)—ketua umum sebelum K.H. Hasyim Muzadi—menjabat hingga tiga periode, kata Haerul, tentu tidak bisa disamakan begitu saja.

"Situasi dan tantangan yang dihadapi NU kala itu berbeda dengan sekarang," katanya.

Secara khusus, Ansor juga mengharapkan Ketua Umum PBNU nanti sosok muda, berjaringan luas, memiliki komitmen kuat memajukan NU dan responsif terhadap perubahan zaman.

"Pada usia hampir satu abad ini, cita-cita NU harus ditransformasikan ke level global dan NU memiliki sejumlah tokoh yang berkaliber internasional," katanya.

Menjelang muktamar NU akhir Desember mendatang, ada dua nama yang disebut-sebut bakal mencalonkan diri, yakni K.H. Said Aqil Siroj yang akan maju sebagai ketua umum untuk kali ketiga dan K.H. Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) yang sekarang menjabat Katib Aam PBNU.

Said Aqil Siroj sendiri mengaku tidak keberatan dicalonkan lagi menjadi ketua umum PBNU untuk ketiga kalinya.

"Kalau diminta siap. Tidak ada batasan (AD/ART). Tidak ada masalah, Gus Dur juga tiga kali," kata Kiai Said saat berkunjung ke Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Kamis (7/10/2021).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini