Menurut Mudjiono, kecelakaan di tol Lampung juga masih banyaknya truk dan kendaraan lain yang lampu belakannya mati. "Bagi kendaraan yang lampu belakangnya mati, untuk sementara kita kasih stiker spotlite," kata dia.
Sedangkan mengenai berat muatan, pihaknya bekerjasama dengan Dinas Perhubungan memakai timbangan portabel (weigh in motion/WIM).
Saat ini, kata dia, WIM ada di gerbang tol yakni Bakauheni Selatan. Rencananya WIM akan dipasang lagi di tiga gerbang tol yakni Lematang, Gunungsugih, dan Terbanggi Besar. "Sudah banyak truk ODOL yang diputarbalik karena melanggar batas dan tak boleh lewat di tol," kata dia.
Terkait kecelakaan di JTTS, menurut Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, bukan karena faktor teknis.
Baca Juga:Pemotor Pura-Pura Alami Kecelakaan Malah Terancam Masuk Bui, Sebabnya Bikin Geleng Kepala
"Secara geometrik, jalannya bagus bahkan dengan kecepatan 200 per jam masih aman. Memang faktor mengantuk yang jadi problem karena jalannya lurus. Ini harus segera dibenahi agar kecelakaan bisa menurun," kata Soerjanto.
Pihaknya meminta agar Hutama Karya membenahi rest area agar para pengemudi tertarik istirahat. Misalnya, dengan menyediakan fasilitas mandi air panas dan balai-balai untuk istirahat.
"Buatkan tempat istirahat khusus untuk para supir truk tertarik mampir. Ini sudah diterapkan di Tol Cipali, Jawa Barat. Lalu, pisahkan rest area supir truk dan pengguna tol yang lain," kata Soerjanto.