SuaraLampung.id - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pernah ingin mundur dari TNI.
Keinginan Luhut mundur dari TNI terjadi ketika ia masih berpangkat kolonel.
Cerita Luhut ingin mundur dari TNI diceritakan saat ia berbincang dengan Andy F Noya di acara Kick Andy.
Luhut adalah seorang purnawirawan TNI. Ia pensiun dengan pangkat jenderal kehormatan.
Baca Juga:Komandan Lanud Beberkan Nama TNI yang Injak Kepala Warga Papua, Serda Dimas dan Prada Vian
Cita-citanya menjadi tentara muncul ketika ia melihat pasukan RPKAD (sekarang Kopassus) di Rumbai, Riau.
Melihat pasukan RPKAD mengenakan seragam loreng membuat Luhut terpana. Dari situ ia ingin menjadi tentara.
Mendaftarlah Luhut di Akademi Militer Nasional di tahun 1967. Saat itu sang ayah menentang keinginannya.
Ayah Luhut juga pernah menjadi tentara. Namun mundur di tengah jalan karena kecewa dengan kebijakan rasionalisasi TNI.
Karena kebijakan rasionalisasi itu, ayah Luhut diturunkan pangkatnya dari letnan menjadi pembantu letnan.
Baca Juga:Veronica Koman Desak TNI yang Injak Kepala Orang Papua Diadili di Pengadilan Sipil
Menolak turun pangkat, sang ayah memutuskan mundur dari TNI. Hal itulah yang membuat ayah Luhut tidak setuju anaknya menjadi tentara.
Sang ayah lalu bekerja di perusahaan minyak Caltex di Riau. Saat itu Luhut melihat pasukan RPKAD di Rumbai, Riau.
"Saya pikir saya harus jadi RPKAD. Pokoknya mau ke situ," ujar Luhut.
"Di sisi lain, ayah saya ga mau karena dia pernah kecewa di tentara. 'Kau harus masuk ITB," ujar Luhut menirukan perkataan sang ayah.
Begitu ada pendaftaran Akmil, Luhut mendaftar diam-diam tanpa diketahui sang ayah.
Mengikuti beberapa tes, Luhut dinyatakan lulus masuk Akademi Militer Nasional di tahun 1967.
Karena tahu sang ayah tidak setuju, Luhut meminta pamannya menandatangani surat persetujuan orang tua.
Sampai akhirnya sang ayah tahu Luhut menjalani pendidikan di Akmil. Sang ayah tak bisa lagi menolak.
"Setelah dia tahu, kau jadi tentara yang benar lah," ujar Luhut.
Saat itu Luhut adalah lulusan terbaik Akmil. Di masa tugas sebagai tentara, Luhut banyak menghabiskan kariernya di Korps Baret Merah Kopassus.
Luhut termasuk perwira cemerlang. Luhut adalah instruktur menembak, instruktur perang hutan dan lain sebagainya.
Namun segudang keahlian dan prestasi yang ia miliki ternyata tidak membuat kariernya cemerlang.
Sebagai perwira baret merah berpretasi, Luhut tidak pernah menjadi Komandan Jenderal Kopassus.
Jabatan komandan teritorial yang pernah ia raih pun hanya Danrem Madiun. Ia tak pernah menjadi Pangdam dan jabatan strategis lainnya. Apalagi menjadi Panglima TNI.
"Apakah anda kecewa dengan perjalanan karier anda di ketentaraan?" tanya Andy F Noya.
"Yah ndi, kalo mau flasback, lihat ya, kadang-kadang saya juga, ya pastilah bohonglah kalo saya bilang ndak ada kecewa saya," jawab Luhut.
Luhut merasa ia memiliki segudang kemampuan sebagai seorang tentara.
"Jadi saya pikir dari segi keprofesionalan tentara ga ada alasan saya ga mencapai puncak karier saya sebagai seorang perwira di TNI. Saya pikir ya itulah kehidupan itu," tutur Luhut.
Di masa itu, Luhut mengaku pernah 'dilempar' sana sini tak ada kejelasan dalam karier militernya.
Hal ini membuat Luhut frustasi hingga pernah terbersit di pikirannya untuk mundur jadi tentara.
"Saya pernah waktu kolonel itu mau berhenti. Saya bilang sama istri saya," ujarnya.
Menurut Luhut saat itu ia baru pulang dari Amerika Serikat meraih gelar Master of Degreee.
"Saya pikir udah lah mungkin saya bukan tempatnya di sini. Saya mau keluar aja jadi apalah. Saya punya kualifikasi begitu banyak saya pikir i can do macem-macem," jelas Luhut.
Namun keinginan Luhut ini ditentang sang istri. Menurut istri, tentara adalah cita-cita Luhut jadi sayang jika harus berhenti begitu saja.
"Jadi nyaris anda berhenti juga waktu itu ya?" tanya Andy F Noya.
"Ya pernah," kata Luhut.
Namun karena sang istri meminta untuk terus berkarier di militer, akhirnya niatan Luhut untuk mundur sebagai tentara urung dilaksanakan.