Sejarah Masjid Jami Al-Anwar, Masjid Tertua di Lampung

Sejarah Masjid Jami Al-Anwar, masjid tertua di Lampung yang sempat hancur terkena letusan Gunung Krakatau

Wakos Reza Gautama
Minggu, 30 Mei 2021 | 09:56 WIB
Sejarah Masjid Jami Al-Anwar, Masjid Tertua di Lampung
Masjid Jami Al Anwar masjid tertua di Lampung. [Suaralampung.id/Mitha Setiani Asih]

SuaraLampung.id - Masjid Jami Al-Anwar merupakan masjid tertua di Lampung. Masjid ini terletak di jalan Malahayati, kelurahan Kangkung, Kecamatan Telukbetung Selatan, Bandar Lampung. Masjid ini sudah berdiri sejak tahun 1839.

Menurut A Effendi Abdullah, Wakil Ketua Takmir Masjid Jami Al-Anwar, cikal bakal berdirinya masjid tertua di Lampung ini karena adanya pendatang muslim dari Bugis.

Sejak tahun 1839 telah bermukim salah satu pendatang yang berasal dari suku Bugis bernama Muhammad Ali dan dua orang sepupunya, Muhammad Soleh dan Ismail.

Di lingkungan masyarakatnya Muhammad Soleh dan Ismail dikenal sebagai ulama yang menguasai ilmu agama Islam. Sedangkan Muhammad Ali dikenal sebagai orang yang mempunyai ilmu sakti.

Baca Juga:Penyekatan di Tol Terpeka Lampung, 233 Pemudik Positif Covid-19

Mereka membuat surau dari bambu dan atap rumbia. Masyarakat sekitar belajar mengaji dan agama Islam di surau tersebut.

Sampai pada tahun 1883, terjadi letusan gunung krakatau. Surau tersebut rata dengan tanah. Daeng Sawiji (Pengurus surau yang lama) bersama Ismail, lurah Teluk Betung kembali mendirikan masjid pada tahun 1888.

"Dulu setiap bulan puasa kalo meriam itu dihidupkan pertanda sudah magrib, bunyi meriam jadi pertanda buka puasa," ujarnya.

Pria yang akrab dipanggil Ujang ini kembali menjelaskan meskipun masjid Jami Al-Anwar telah mengalami beberapa kali renovasi, ada beberapa peninggalan sejarah yang tetap dipertahankan di masjid tersebut.

Peninggalan yang tetap ada seperti 2 meriam peninggalan Belanda di depan masjid, 6 tiang penyangga, dan buku-buku peninggalan sejak dahulu yang berada di perpustakaan.

Baca Juga:Kasus Sosialita Lampung Tipu Dokter Kecantikan Berakhir Damai

"Enam tiang itu tidak bisa dirubah. Itu ciri rukun iman. Di dalamnya kayu, tapi saat ini kami lapisi semen agar lebih awet."

Masjid Jami Al Anwar dulunya bernama An Nur yang memiliki arti Cahaya. Pada tahun 1970 diubah menjadi Jami Al Anwar yang memiliki arti lebih bercahaya. Nama itulah, yang masih dipertahankan sampai saat ini.

Ujang menuturkan saat pembangunan pertama masjid ini, ikut dibangun sumur. Uniknya, sumur dengan kedalaman 4 meter ini tidak pernah kering meski musim kemarau.

Masjid Al-Anwar sempat mengalami renovasi ukuran mesjid pada tahun 1992. Sebelumnya masjid ini hanya berukuran 20 x 20 m, sampai saat ini berukuran 40 x 40 m.

Masjid Jami Al Anwar rutin mengadakan pengajian di hari Selasa, Kultum subuh, dan sholat berjamaah. Masjid yang bisa menampung 1500 jamaah ini, sering menjadi tempat kunjungan bersejarah.

Kontributor: Mitha Setiani Asih

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini