Karen Armstrong, Eks Biarawati Tertarik Pelajari Islam dari Muslim Pemabuk

Karen Armstrong sampai membuat satu buku khusus berjudul Muhammad

Wakos Reza Gautama
Rabu, 14 April 2021 | 04:05 WIB
Karen Armstrong, Eks Biarawati Tertarik Pelajari Islam dari Muslim Pemabuk
Karen Armstrong. [Wikipedia]

Keberadaannya di Yerusalem juga menghenyak Karen. Untuk pertama kalinya ia mendengar azan. Pengakuan Karen, ia tersentak dari tidurnya ketika mendengar azan subuh berkumandang. Keesokan harinya Karen mulai terbiasa dan tidak lagi terbangun ketika azan berkumandang.

Ada satu pengalaman yang juga membuat Karen kagum dengan orang Islam. Saat itu Karen dalam perjalanan pulang ke hotel. Ia ditemani Ahmed dan dua teman Ahmed yang asyik minum bir.

Selama dalam perjalanan, Karen mendengar alunan musik Arab yang  dari radio dalam mobil. Tiba-tiba musik berhenti berganti menjadi alunan Alquran. Ahmed menjadi bersemangat. Itu membuat Karen terkesima.

Sepengetahuannya, Ahmed bukanlah seorang muslim yang taat. Namun ia tetap mendengarkan lantunan Alquran sampai nyaris menitikkan airmata.

Baca Juga:Tinjau Ketersediaan Kebutuhan Pokok, Ridwan Kamil: Ada Kenaikan Tapi Wajar

Bahkan Ahmed sesekali memberi penjelasan kepada Karen mengenai artinya.

Melihat pemandangan ini membuat Karen tertegun. Ini sangat berbeda dengan di tempat asalnya London. Di London, orang sekuler seperti Ahmed akan mematikan radionya ketika mendengar pembacaan Al kitab.

Benak Karen berpikir entah bagaimana kitab suci ini bisa menyentuh pria keras seperti Ahmed yang telah berusia 50 tahun. Kesan ini jua yang membuat Karen makin tertarik mempelajari Islam.

Puncaknya adalah ketika terbit buku Salman Rushdie Ayat-ayat Setan. Novel ini membuat umat Islam di dunia marah karena isinya menghina Nabi Muhammad SAW.

Sampai-sampai tokoh spiritual Iran Ayatullah Khomeini mengeluarkan fatwa hukuman bagi SAlman Rusdhie dan penerbitnya.

Baca Juga:Menengok Buka Puasa Pertama Pengungsi Gempa di Malang

Reaksi seperti ini makin membuat citra Islam buruk di mata dunia. Islam dianggap sebagai agama kekerasan. Padahal, kata Karen, Islam sejatinya tidak seperti itu. Atas dasar itulah, Karen menulis buku berjudul Muhammad.

Ia ingin melawan stigma tentang Islam di dunia barat dari sudut pandang orang barat. Lama kelamaan, Karen makin kagum dengan sosok Nabi Muhammad SAW.

Baginya Nabi Muhammad SAW tampil sebagai sosok yang lebih manusia ketimbang Yesus dan Budha.

Menurut Karen, Nabi Muhammad tertawa, menggendong cucu, meratapi kematian sahabat-sahabatnya.

Biarpun mengagumi sosok Nabi Muhammad SAW, Karen tidak lantas menjadi seorang Muslim. Karen tetap memilih sebagai pribadi yang mengakui Tuhan tanpa harus beragama.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini